Tanya:
Bolehkah berdialog dengan jin muslim ketika meruqyah?
Jawab (Ustadz Aris Munandar,SS) :
Tidak boleh, dari mana kita tahu bahwa jin tersebut benar-benar muslim.
Boleh jadi dia adalah munafik yang mengaku sebagai muslim atau dia
adalah jin kafir yang mengaku muslim. Kita tidak tahu alam jin dan
hal-hal gaib lainnya. Jadi hal tersebut tidak dibolehkan.
Orang yang mengaku muslim dan ada di hadapan kita serta mengerjakan
shalat saja tidak kita ketahui apakah dia benar-benar muslim. Kita hanya
menilai orang tersebut sebatas sisi lahiriahnya saja.
Tidak ada alasan untuk mempersulit diri semacam ini. Orang yang bersabar ketika sakit akan Alloh beri pahala.
Ada seorang buta menghadap Nabi lalu meminta kepada Nabi agar
mendoakannya supaya bebas dari kebutaan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Jika engkau mau akan aku doakan. Namun jika mau
bersabarlah” (HR Tirmidzi no 3578 dari dari Utsman bin Hunaif, dinilai
shahih oleh al Albani).
Demikian pula ada seorang perempuan menghadap Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Wahai rasulullah aku terkena penyakit
ayan. Tolong doakan aku”. Nabi bersabda, “Jika engkau mau akan kudoakan.
Akan tetapi jika engkau mau bersabarlah dan untukmu surga” (HR Bukhari
no 5328 dan Muslim no 2576 dari Ibnu Abbas).
Jadi tidak perlu memaksa-maksakan diri. Apakah kita lebih sayang kepada orang sakit dibandingkan dengan Nabi?
Alloh menguji hamba-hambaNya dengan sakit. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Tidak ada satupun rasa capek, sedih, sakit bahkan
gelisah yang dialami seorang muslim kecuali menjadi sebab Alloh akan
menghapus dosa-dosanya” (HR Bukhari no 5318 dan Muslim no 6733 dari Abu
Hurairah dan Abu Said).
Seorang mukmin mungkin saja sakit dan dia akan dapat pahala jika dia bersabar,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ
الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ
إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ ,
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa
lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun”.” (QS al Baqarah:155-156)
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang 70 ribu orang
yang masuk surga tanpa hisab, “Mereka adalah orang-orang yang tidak
minta untuk diruqyah, tidak minta untuk di-kay (pengobatan dengan besi
panas) dan hanya bertawakkal kepada rabbnya” (HR Bukhari no 5378 dan
Muslim no 549 dari Ibnu Abbas).
Maka orang yang meminta agar diruqyah itu turun
kadar iman dan tawakalnya. Orang-orang yang sakit hendaknya kita
nasehati untuk bersabar, tidak meminta untuk diruqyah, mengadu dan
berdoa kepada Alloh. Meminta untuk diruqyah tergolong mengemis. Oleh
karenanya mengurangi kadar tawakal.
Mukmin selama di dunia ini akan mendapatkan berbagai cobaan berupa
sakit dan berbagai musibah supaya Alloh bisa meninggikan derajatnya jika
dia bersabar. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika Alloh
mencintai seseorang maka Alloh akan mengujinya. Jika dia bersabar maka
untuknya buah kesabarannya. Namun jika dia berkeluh kesah maka untuknya
buah keluh kesahnya” (HR Tirmidzi no 2396 dari Anas, dinilai oleh al
Albani sebagai hadits hasan shahih).
Seorang mukmin yang sakit wajib bersabar terhadap ketetapan Alloh.
Lebih baik lagi jika ridha dengan ketentuan Alloh karena ridha adalah
tingkatan iman tertinggi dalam menghadapi takdir Alloh. Bersabar
terhadap ketetapan Alloh hukumnya wajib. Sedangkan berkeluh kesah
hukumnya haram. Jangan pernah berkeluh kesah,
قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang
telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan
hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.”” (QS
at Taubah:51)
Jika Alloh berkehendak si sakit ini tidak akan sembuh maka ruqyah
atau usaha lainnya tidak ada manfaatnya. Karena segala sesuatu itu
dengan kehendak Alloh. Seorang mukmin hanya akan mengadu kepada Alloh,
beriman dengan takdir dan bersabar menerima takdir. Lebih baik jika bisa
ridha dengan ketentuanNya.
Jika ingin berobat maka silahkan berobat. Sedangkan meminta untuk
diruqyah hukumnya tidaklah haram namun makruh dan menyebabkan derajatnya
di sisi Alloh menjadi turun.
Sedangkan orang yang menjadikan ruqyah sebagai profesi dan berusaha
mempopulerkan dirinya sebagai pakar ruqyah bahkan mengiklankan diri di
media massa dan membuka ruqyah center, maka orang semisal ini agamanya
dipertanyakan. Apa yang mendorongnya melakukan hal tersebut padahal dia
sama dengan kaum muslimin yang lain? Keistimewaan apa yang dia miliki?
Masih banyak orang yang lebih bertakwa dan lebih berilmu. Prakteknya
mereka pun tidak mencukupkan diri dengan ruqyah syar’iyyah bahkan mereka
membuat model-model baru dalam ruqyah.
(Dinukil dari As-ilah Muhimmah Haula al Ruqyah wa al Ruqo karya Syeikh Rabi’ al Madkhali)
Tambahan dari admin blog ini:
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang 70 ribu
orang yang masuk surga tanpa hisab, “Mereka adalah orang-orang yang
tidak minta untuk diruqyah, tidak minta untuk di-kay (pengobatan dengan
besi panas) dan hanya bertawakkal kepada rabbnya” (HR Bukhari no 5378
dan Muslim no 549 dari Ibnu Abbas).
Dan perlu kita ingat. Jumlah 70.000 orang yang masuk jannah tanpa
hisab tersebut bisa dibilang masih ‘koma’, belum ‘titik’. Masih ada
kelanjutannya. Nabi SAW bersabda,
وَعَدَنِي رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي
سَبْعِينَ أَلْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ مَعَ كُلِّ أَلْفٍ
سَبْعُونَ أَلْفًا وَثَلَاثَ حَثَيَاتٍ مِنْ حَثَيَاتِ رَبِّي عَزَّ
وَجَلَّ
“Rabbku berjanji kepadaku, untuk memasukkan tujuhpuluh ribu orang di
antara ummatku ke dalam Jannah tanpa hisab dan adzab, setiap seribu
membawa tujuhpuluh ribu orang dan tiga cakupan tangan dari cakupan
tangan Rabbku.” (HR. Ahmad)
Jika demikian, mengapa masih pesimis? Mari kita lanjutkan perlombaan
(fastabiqul khoirot) ini dengan semangat “mardhotillah wattibaa’ur
rasuul” yang selalu fresh, dengan cara menyikapi kabar berita dalam
hadist tersebut diatas sebagai cambuk motivasi diri untuk selalu
meningkatkan kualitas keimanan & ibadah kita, termasuk belajar
meruqyah diri sendiri (dianjurkan) & tidak menggantungkan diri
dengan selalu meminta untuk di ruqyah oleh orang lain (makruh). Wallahul
muwaffiq.
0 komentar:
Posting Komentar