Apabila seorang hamba telah melaksanakan ibadah secara lahir dan
batin dengan istiqamah maka ia telah sampai pada derajat yang tinggi di
sisi Allah S.w.t. Dia adalah kekasih Allah S.w.t, ia mencintai Allah
S.w.t dan Allah S.w.t pun mencintainya.
Amal saleh, yaitu perbuatan baik. Amal saleh juga berarti setiap hal yang mengajak dan membawa pada ketaatan terhadap Allah S.w.t atau setiap perbuatan yang mengantar pada ketaatan kepada Allah S.w.t, baik perbuatan lahir maupun batin.
Amal saleh, yaitu perbuatan baik. Amal saleh juga berarti setiap hal yang mengajak dan membawa pada ketaatan terhadap Allah S.w.t atau setiap perbuatan yang mengantar pada ketaatan kepada Allah S.w.t, baik perbuatan lahir maupun batin.
Dalam pengertian umum, Amal saleh adalah semua perbuatan (lahir atau batin) yang berakibat pada hal yang positif atau bermanfaat. Dalam Al Qur'an, kata amal saleh sering kali beriringan (bergandengan) dengan kata iman. Amal saleh dapat pula mencakup pengertian amal jariah dan amal ibadah.
Syarat sahnya suatu amal ada dua; Pertama, amal harus dilakukan dengan ikhlas, tanpa pamrih. Kedua, untuk amal ibadah dalam arti khusus, dilakukan sesuai dengan tuntutan Al Qur'an dan Hadits, sedangkan amal dalam pengertian umum, syarat tersebut ditambah dengan berdasarkan ilmu pengetahuan. Allah S.w.t. berfirman:
٢. إِنَّا أَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصاً لَّهُ الدِّينَ
"Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Qur'an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya.". (QS Az-Zumar [39]: 2).
Rasulullah Muhammad S.a.w bersabda: "Orang yang mengerjakan suatu amal tanpa ada dasarnya dalam perintah (agama) maka (amal tersebut) ditolak.". (HR Muslim).
Ada beberapa tindakan yang dapat merusak amal. Pertama, riya', yakni beramal tidak untuk Allah S.w.t, tetapi agar dilihat oleh orang lain (pamer/memperlihatkan amal). Kedua, tasmi,
yakni memperdengarkan atau menceritakan amalnya kepada orang lain
dengan tujuan yang sama yaitu riya'. Ketiga, beramal ibadah dalam arti
khusus yang tidak sesuai dengan tuntunan Al Qur'an dan Hadits. Keempat, beramal dalam arti umum yang tidak didasarkan pada ilmu pengetahuan.
A'mal al-Jawarih
A'mal adalah kata jamak dari kata mufrad 'Amal yang berarti perbuatan. Sedangkan Jawarih adalah kata jamak dari kata mufrad Jarihah yang berarti anggota badan (lahiriah), jadi, Amal al-Jawarih berarti perbuatan-perbuatan anggota badan (lahir), seperti mengangkat tangan ketika takbiratul ihram, iktidal, ruku, sujud, mengucapkan lafal-lafal tertentu dalam ibadah shalat, dzikir, aurat, dan lain-lain. Perbuatan amal disebut khidmatul jawarih. Sedang orang yang melakukan ibadah yang hanya menitikberatkan kepada perbuatan perbuatan lahir disebut Ahl Khidmah Bil-Jawarih atau Ahl Zahir, atau Ahli Syariat. Kebalikannya dari itu, namun juga menjadi pasangannya, ialah A'mal al-Qulub, yakni perbuatan hati.
A'mal adalah kata jamak dari kata mufrad 'Amal yang berarti perbuatan. Sedangkan Jawarih adalah kata jamak dari kata mufrad Jarihah yang berarti anggota badan (lahiriah), jadi, Amal al-Jawarih berarti perbuatan-perbuatan anggota badan (lahir), seperti mengangkat tangan ketika takbiratul ihram, iktidal, ruku, sujud, mengucapkan lafal-lafal tertentu dalam ibadah shalat, dzikir, aurat, dan lain-lain. Perbuatan amal disebut khidmatul jawarih. Sedang orang yang melakukan ibadah yang hanya menitikberatkan kepada perbuatan perbuatan lahir disebut Ahl Khidmah Bil-Jawarih atau Ahl Zahir, atau Ahli Syariat. Kebalikannya dari itu, namun juga menjadi pasangannya, ialah A'mal al-Qulub, yakni perbuatan hati.
A'mal al-Qulub
A'mal al-Qulub, berarti perbuatan hati, yakni menjalankan ibadah dengan sepenuh hati, atau telah memperhatikan keadaan batin, seperti adanya kekhusyukan dan rasa ihsan dalam ibadah, berdzikir, atau bertafakur dengan hati; mengagungkan; dan merasa syuhud (menyaksikan wujud dan perbuatan Allah S.w.t).
Orang yang telah menjalankan A'mal al-Qulub disebut Ahlul Mahabbah waf Ma'rifah, atau Ahluf Batin, Ketika melaksanakan perintah Allah S.w.t atau larangan-Nya, bukan lagi dirasakan sebagai kewajiban atau beban, tetapi sebagai kebutuhan, kelezatan dan kedekatan dengan Allah S.w.t, disertai dengan rasa khauf (takut), raja (harap), syauq (rindu) dan mahabbah (cinta) kepada Sang Maha Pencipta.
A'mal al-Qulub, berarti perbuatan hati, yakni menjalankan ibadah dengan sepenuh hati, atau telah memperhatikan keadaan batin, seperti adanya kekhusyukan dan rasa ihsan dalam ibadah, berdzikir, atau bertafakur dengan hati; mengagungkan; dan merasa syuhud (menyaksikan wujud dan perbuatan Allah S.w.t).
Orang yang telah menjalankan A'mal al-Qulub disebut Ahlul Mahabbah waf Ma'rifah, atau Ahluf Batin, Ketika melaksanakan perintah Allah S.w.t atau larangan-Nya, bukan lagi dirasakan sebagai kewajiban atau beban, tetapi sebagai kebutuhan, kelezatan dan kedekatan dengan Allah S.w.t, disertai dengan rasa khauf (takut), raja (harap), syauq (rindu) dan mahabbah (cinta) kepada Sang Maha Pencipta.
Apabila seorang hamba telah melaksanakan ibadah secara lahir dan batin
(anggota badan dan hati/qalbu) dengan bersama-sama dan istiqamah maka
ia telah sampai pada derajat yang tinggi di sisi Allah S.w.t. Dia adalah
kekasih Allah S.w.t, ia mencintai Allah S.w.t dan Allah S.w.t pun
mencintainya.
~ keterangan ~
Ahl al-Khidmah ~ Ahl al-Khidmah adalah orang-orang yang beribadah kepada Allah S.w.t dengan menitikberatkan amalan atau perbuatan badan (lahir). Mereka disebut juga Thalibunal Ujur (mencari upah atau pahala). Oleh karena itu, ciri khas yang menonjol dari mereka adalah, bahwa dalam melakukan ibadah mereka mengejar pahala, bahkan sering tercampur berbagai macam riya' (baca A'mal jawari di atas).
Ahl al-Mahabbah wa al-Ma'rifah ~ Kebalikan dari Ahl al-Khidmah adalah Ahl al-Mahabbah Wa al-Ma'rifah,
yakni orang-orang yang beribadah kepada Allah S.w.t didasarkan hanya
karena cinta dan makrifat kepada-Nya dengan sepenuh hatinya. Mereka
bukan mengejar pahala, tetapi mereka mengejar atau bahkan berada di
dalam cinta dan ridha-Nya. Mereka gemar berdzikir dan bertafakur. Setiap
nafas yang keluar dan masuk selalu disertai dengan dzikrullah, sedang dzikrullahnya didasarkan atas kecintaan dan pengagungan kepada Sang Maha Pencipta.
Wallahu Waliyyuttaufiq wal hidayah. Wassalam
0 komentar:
Posting Komentar