a. Defenisi Hadis Marfu
Al-Marfu’ اَلْـمَرْفُوْعُ )) menurut bahasa merupakan isim maf’ul dari
kata rafa’a ( رَفَعَ ) yang berarti “yang diangkat”. Dinamakan marfu’
karena disandarkannya ia kepada yang memiliki kedudukan tinggi, yaitu
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Sedangkan Hadits Marfu’
menurut istilah adalah:
مَااُضِيْفَ اِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ قَوْلٍ اَوْ فِعْلٍ اَوْتَقْرِيْرٍأَوْصِفَــةٍ
“Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW berupa perkataan , perbuatan, taqrir (ketetapan) atau sifat”[11]
Dari definisi di atas dapat difahami bahwa segala sesuatu yang
disandarkan kepada Rasulullah SAW, baik perkataan, perbuatan, taqrir,
ataupun sifat beliau disebut dengan hadis Marfu'. Orang yang
menyandarkan itu boleh jadi Sahabat, atau selain sahabat. Dengan
demikian, sanad dari hadis Marfu' ini bisa Muthasil, bisa pula Munqathi,
Mursal, atau Mu'dhal dan Mu'allaq. Defenisi ini mengecualikan berita
yang tidak disandarkan kepada Nabi Misalnya yang disandarkan kepada
Sahabat yang nantinya disebut hadis Mauquf atau yang disandarkan kepada
Tabi’in disebut dengan hadis Maqthu.
[12]
b. Macam-macam Hadis Marfu
Mengingat bahwa unsur-unsur hadits itu dapat berupa perkataan,
perbuatan, maupun taqrir Nabi maka apa yang disandarkan kepada Nabi
itupun dapat diklasifikasikan menjadi marfu qauli, marfu fi’li dan marfu
taqriri. Dari ketiga macam hadits marfu tersebut ada yang jelas
dengan mudah dikenal rafanya dan ada pula yang tida jelas rafanya. Yang
jelas (shahih) disebut marfu hakiki
[13] dan yang tidak jelas disebut marfu hukmi.
[14]
Secara rinci, pembagiannya dijelaskan dibawah ini :[15]
1. Marfu Qauly Hakiki
Marfu Qauly Hakiki Ialah ucapan yang jelas atau terang-terangan
menunjukan kepada Marfu. Seperti pemberitaan sahabat yang menggunakan
lapal qauliyah :
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول …… كذا
“Aku mendengar Rasulullah saw bersabda ……… begini”
2. Marfu Qauly Hukmi
Marfu Qauly Hukmi Ialah ucapan tidak terang-terangan menunjukan kepada
Marfu tetapi mengandung hukum Marfu. Seperti pemberitaan sahabat yang
menggunakan kalimat :
أمرنا بكذا ……. نهينا عن كذا
“Aku diperintah begini…., aku dicegah begitu……”
3. Marfu Fi’li Hakiki
Marfu Fi’li Hakiki adalah apabila pemberitaan sahabat itu dengan tegas menjelaskan perbuatan Rasulullah saw.
4. Marfu Fi’li Hukmi
Marfu Fi’li Hukmi Ialah perbuatan tidak terang-terangan menunjukan kepada Marfu tetapi mengandung hukum Marfu.
5. Marfu Taqririyah Hakiki
Marfu Taqririyah Hakiki Ialah perbuatan tidak terang-terangan menunjukan
kepada Marfu tetapi mengandung hukum Marfu. Ini juga berarti tindakan
sahabat dihadapan Rasulullah dengan tiada memperoleh reaksi, baik reaksi
itu positif maupun negatif dari beliau.
6. Marfu Taqririyah Hukmy
Marfu Taqririyah Hukmy Ialah ketetapan tidak terang-terangan menunjukan
kepada Marfu tetapi mengandung hukum Marfu.Dengan kata lain, pemberitaan
sahabat diikuti dengan kalimat-kalimat sunnatu Abi Qasim, Sunnatu
Nabiyyina atau minas Sunnati.
Dalam penyampaianya ada beberapa kalimat yang bisa menjadi tanda dari Hadits Marfu diantaranya:
Pertama:
Jika yang berbicara sahabat [16]
- Kami telah diperintah (امرنا )
- Kami telah dilarang (نهينا عن)
- Telah diwajibkan atas kami (اوجب علينا)
- Telah diharamkan atas kami (حرم علينا)
- Telah diberi kelonggaran kepada kami (رخص لنا)
- Telah lalu dari sunnah (مضت السنة)
- Menurut sunnah (من السنة)
- Kami berbuat demikian di zaman Nabi (كنا نفعل كذا فى عهد النبي ص)
- Kami berbuat demikian padahal Rasulullah masih hidup (كنا نفعل كذا و النبي ص. حي)
Kedua: Jika yang meriwayatkanya tabi`in
- Ia merafa`kanya kepada Nabi SAW (يرفعه)
- Ia menyandarkanya kepada Nabi SAW (ينميه)
- Ia meriwayatkanya dari Nabi SAW (يرويه)
- Ia menyampaikanya kepada Nabi SAW (يبلغ به)
- Dengan meriwayatkan sampai Nabi SAW (رواية)
Ketiga : Jika akhir sanad ada sebutan (مرفوعا) artinya keadaanya dimarfu`kan
Keempat:
Jika sahabat menafsirkan Al Qur`an [17]
عن البراء قال : كانوا اذا احرموا فى الجاهلية اتوا البيت من ظهره فانزل
الله : وليس البر بأن تأتوا البيوت من ظهورها ولكن البر من اتقى. وأتوا
البيوت من ابوابها. (رواه البخارى )
Artinya: dari Bara` ia berkata: “adalah orang-orang apabila
mengarjakan ibadah haji di zaman jahiliyah, mereka keluar masuk rumah
dari sebelah belakangnya. Lalu Allah turunkan ayat: “bukanlah kebajikan
itu karena kamu keluar masuk rumah dari belakangnya, tetapi kebajikan
itu, ialah orang yang berbakti. Oleh karena itu, keluar dan masuklah
rumah-rumah dari pintu-pintunya”. (HR. Bukhari)
Dari contoh Hadits diatas bias kita tarik kesimpulan bahwa sahabat
menceritakan asbabun nuzul dari surat Al Baqarah ayat 189. Hadits ini
disebut Marfu karena Nabi-lah yang bersabda demikian atau Nabi
membenarkan perkataan sahabatnya.
- Keterangan dari sebuah ayat atau kalimat dalam Al Qur`an, Contoh:
عن عبد الله فى هذه الاية : الذين يدعون يبتغون الى ربهم الوسيلة. قال : ناس من الجن يعبدون فأسلموا. (البخارى )
Artinya: dari Abdullah Bin Mas`ud tentang ayat ini
yaitu: “yang orang-orang menyerukan (sebagai tuhan) mereka, mengharapkan
kedekatan kepada tuhan mereka” ia berkata : “adalah satu golongan dari
jin disembah oleh manusia, lalu jin-jin itu masuk islam”. (R. Bukhari)
c. Contoh Hadis Marfu
1. Marfu Qauly Hakiki
عَنْ اِبْنُ عَمَرٌ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: إِنَّ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: صَلاَةُ اْلجَمَاعَةِ أَفْضَلُ
مِنْ صَلَاةِ اْلفَذِّ بِسَبْعٍ وَ عِشْرِيْنَ دَرَجَةً (رواه البخاري و
مسلم ) [18]
“Warta dari Ibn Umar r a, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda :
Shalat jama’ah itu lebih afdhal dua puluh tujuh tingkat dari pada shalat
sendirian” ( HR Bukhari dan Muslim)
2. Marfu Qauly Hukmi
أُمِرَ بِلاَلٌ اَنْ يَشْفَعَ اْلأَذَنَ وَ اَنْ يُّوْتِرَ الإِقَامَةَ ( متفق عليه )
“Bilal r.a. diperintah menggenapknan adzan dan mengganjilkan iqamah” (HR Mutafaqqun ‘Alaih) [19]
3. Marfu Fi’li Hakiki
عَـنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا اَنَّ رَسُوْلَ للهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْعُوْا فِى الصَّلاَةِ, وَيَقُوْلُ:
(اَللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوْذُبِكَ مِنَ اْلمَأُثَمِ وَ اْلمَغْرَمِ) (رواه
البخارى)
“Warta dari ‘Aisyah r.a. bahwa rasulullah saw mendo’a di waktu
sembahyang, ujarnya: Ya Tuhan, aku berlindung kepada Mu dari dosa dan
hutang” (HR Bukhari) [20]
4. Marfu Fi’li Hukm
قال جابر: كنّا نأكل لحوم الخيل على عهدى رسول الله (رواه النسائى)
“Jabir r.a. berkata : kami makan daging Kuda diwaktu Rasulullah saw masih hidup” (HR Nasai)
5. Marfu Taqririyah Hakiki
Seperti pengakuan Ibnu Abbas r.a:
كنّا نصلّ ركعتين بعد غروب الشمس و كان رسول الله صلى الله عليه و سلم يرانا ولم يأمرنا ولم ينهنا
“Kami bersembahyang dua rakaat setelah matahari tenggelam, Rasulullah
saw mengetahui perbuatan kami, namun beliau tidak memerintahkan dan
tidak pula mencegah”
6. Marfu Taqririyah Hukmy
Perkataan Amru Ibnu ‘Ash r.a kepada Ummul Walad:
لا تلبسوا علين سنّة نبيّنا (رواه ابو داود)
“Jangan kau campur-adukkan pada kami sunnah nabi kami.” (HR. Abu Dawud)
d. Kehujjahan Hadis Marfu
Hukum hadis Marfu' tergantung pada kwalitas dan bersambung atau tidaknya
sanad. sehingga memungkinkan suatu hadis Marfu' itu berstatus shahih,
hasan, atau dha’if. Hadits Marfu yang shahih dan hasan dapat dijadikan
hujjah, sedangkan hadits marfu yang dha’if boleh dijadikan hujjah hanya
untuk menerangkan fadha’ilil ‘amal.
0 komentar:
Posting Komentar