Kamis, 18 Juni 2015

Terjemah Kitab Ihya Ulumuddin - Imam Al Ghazali

"Jika semua kitab Islam hilang, dan yang tersisa hanya kitab al-Ihya, ia dapat mencukupi semua kitab yang hilang tersebut"

Kitab Ihya Ulumuddin adalah sebuah kitab monumental karya Imam Al Ghazali yang sangat terkenal dan telah banyak dibaca oleh berbagai kalangan. Oleh ulama-ulama fuqaha, Ihya dijadikan sebagai rujukan standar dalam bidang fiqih, sedangkan oleh para sufi, kitab ini memuat materi-materi pokok yang tidak boleh ditinggalkan. Kedua bahagian ilmu tersebut (fiqih dan tasawuf) memang terkandung di dalam kitab ini, sehingga menjadikan Ihya sebagai kitab yang sangat hebat, karena didalamnya telah terangkum berbagai jenis ilmu.
Awalnya penyalinan kitab dilakukan dengan cara tulisan tangan (makhtutoh) yakni Al Ihya dibuat sebanyak hampir 120 makhtutoh yang kemudian di simpan di perpustakaan-perpustakaan terkenal di dunia, seperti Perpustakaan Darul Kutub Al-Misriyyah, Al-Azhar, Paris, Istanbul, Teheran, dan lainnya. Setelah era ditemukannya mesin percetakan, cetakan Ihya terus dilakukan dan diperbanyak, sehingga menjadi tersebar ke berbagai negara Muslim.
Secara global, isi keseluruhan kitab Ihya Ulumuddin telah mencakup tiga sendi utama pengetahuan Islam, yakni Syari`at, Thariqat, dan Haqiqat. Imam Ghazali juga telah mengkoneksikan ketiganya dengan praktis dan mudah ditangkap oleh nalar pembaca. As-Sayyid Abdullah Al Aydrus memberikan sebuah kesimpulan bahwa dengan memahami kitab Ihya, seseorang telah cukup untuk meraih tiga sendi agama Islam tersebut.
Imam Zainuddin al-Iraqi berkata: “Kitab Ihya Ulumuddin adalah termasuk kitab Islam paling agung dalam mengetahui halal dan haram, menghimpun hukum hakam zahir, dan mencabutnya kepada rahasia-rahasia yang sangat dalam pemahamannya. Tidak cukup hanya masalah furu’ dan persoalannya, dan tidak pula membiarkan mengarungi lebih dalam ke dasar samudera sehingga tidak mampu kembali ke tepian, akan tetapi beliau mengumpulkan antara ilmu zahir dan ilmu bathin, menghiasai makna-maknanya dengan sebaik-baik tempatnya. Menuturkan mutiara-mutiara lafaz dan dhabtntya.“. (Ta’rif al-Ahya bi Fadhail al-Ihya: 9).
Quthbil Auliya As-Sayyid Abdullah Al Aydrus Al Akbar berpesan kepada segenap umat Islam untuk selalu berpegang teguh pada Al Qur’an dan Sunnah, sedangkan penjelasan (mengenai) keduanya, telah termuat dalam Kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Ghazali.
Sekilas Mengenai Penulis
Beliau adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Ibnu Muhammad al Ghazali, yang lebih dikenal dengan nama Imam Al Ghazali. Beliau dilahirkan di kota Thos, Khurasan, negeri Persia, pada tahun 450 Hijriyah. Imam Al Ghazali belajar fiqih pada Ulama Fiqih Syafi’i yang mashur, yaitu Imamul Haraini Abul Nfa’ali Al Juwaini (w 478 H) di negeri Nisabur, Persia.
Imam Al Ghazali adalah seorang alim besar, sufi, ahli hukum, yang digelari sebagai Zainuddin Hujatul Islam, ia seorang ulama terkemuka yang sangat berpengaruh di dunia Islam. Tak hanya itu bahkan Majelis Pengajiannya pun diberi nama oleh orang-orang dengan julukan “Majelis 300 Sorban besar”. Beliau selain ahli fiqih, juga ahli tasawuf yang tak ada tandingannya ketika itu. Imam Ghazali juga mengajar pada Sekolah Tinggi Syafi’iyah An Mizhamiyah di Bagdad tahun 484 H.
Dalam fiqih Syafi’i, beliau mengarang kitab-kitab Al Wasith, Al Basith tlan Al Wajiz yang sampai sekarang terpakai pada sekolah-sekolah Syafi’iyah. Salah satu kitab yang ditulisnya dalam bidang tasawuf ialah Kitab Ihya Ulumuddin, kitab ini sangat terkenal dan hingga kini dipakai oleh seluruh ulama dalam dunia Islam. Begitu luas dan dalamnya pembahasan dalam karyanya ini, sejumlah ulama banyak memberikan komentarnya atas kitab ini. Imam an-Nawawi berkata: ”Jika semua kitab Islam hilang, dan yang tersisa hanya kitab al-Ihya`, ia dapat mencukupi semua kitab yang hilang tersebut.”.

Download Terjemah Kitab Ihya Ulumuddin (Bahasa Indonesia):
Jilid 1 | Jilid 2 | Jilid 3

Kitab Ihya Ulumuddin (Arabic)  
Volume 1 | Volume 2 

Catatan penting: 
khusus bagi penelaah kitab-kitab yang berbahasa arab, terutama lagi kitab klasik, pembaca sangat ditekankan agar terlebih dahulu menguasai ilmu nahwu, shorof dan balagah arabiyah, serta beberapa ilmu 'alat' lainnya, ini dimaksudkan agar pembaca mencapai kepada puncak pengertian dan pemahaman yang tertinggi dari apa yang ingin disampaikan oleh penulis melalui kitabnya.

0 komentar:

Posting Komentar