Kamis, 18 Juni 2015

Aqidah, Ibadah dan Muamalah

Jika sebelumnya kita membahas mengenai rukun Islam dan rukun iman, maka pada bab ini kita akan bersama-sama melihat bagian-bagian dari Islam. Islam sebagai agama yang kita peluk ternyata memiliki beberapa bagian yang merupakan instrumen bagi kesempurnaan Islam. 

Bagian-bagian tersebut sebenarnya sudah hampir setiap hari kita dengar dan kita laksanakan, hanya saja mungkin karena dalam melaksanakannya kita kurang memperhatikan secara seksama sehingga terluput dari perhatian kita. 
 
Pembagian ini pada dasarnya untuk mempermudah pemahaman para pemeluknya, bukan untuk memisah-misahkannya, karena bagian-bagian tersebut tidak bisa dipisah-pisahkan.
Mari kita bahas bersama satu per satu : 
 

Aqidah

Aqidah menurut bahasa adalah ikatan, sementara secara istilah bermakna iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya. 
 
Jadi, kalau disebutkan ‘Aqidah Islamiyah berarti "Keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan ta’at kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-Malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Kitab-Kitab-Nya, hari akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang sudah pasti tentang Prinsip-Prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma’ (kon-sensus) dari shahabat Nabi, serta seluruh berita-berita qath’i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut al-Qur-an dan as-Sunnah. (Y. Abdul Qadir : 2004). 
 
Permasalah aqidah berkaitan dengan amalan hati, sehingga dikatakan aqidah yaitu ikatan yang kuat yang berada di hati seorang muslim. Bila kita hubungkan aqidah adalah berkaitan dengan keimanan yang memiliki enam rukun, sebagaimana disebutkan sebelumnya. 
 
Aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam, karena ia adalah modal utama seseorang dalam beriman dan berislam, seseorang dikatakan munafik jika luarnya baik sementara hatinya kufur. 
 
Dengan aqidahlah seseorang bisa selamat dari adzabNya dan masuk ke dalam surgaNya. Aqidah yang benar selalu dilandasi oleh sumber-sumber hukum yang kuat dan dapat dipertanggung jawabkan. Kata lain untuk aqidah adalah tauhid, yang berarti pengesaan peribadahan hanya kepada Allah saja. 
 
Jika kita membahas tentang tauhid maka kita tidak bisa lepas dari pembagiannya, para ulama membagi tuhid menjadi tiga macam : 
 
Pertama, tauhid rububiyah, tauhid rububiyah berarti meyakini bahwa Allahlah satu-satunya pencipta di jagad raya ini, Dia menciptakan segala sesuatu, dari seekor binatang yang sangat kecil, hingga sistem galaksi yang begitu besar : 
 
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ(62)
Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. QS Az-Zumar ayat 62.
 
Tauhid ini pada dasarnya telah dimiliki oleh seluruh makhlukNya, termasuk orang-orang kafir Jahiliyah, sebagaiman disebutkan di bagian sebelumnya. 
 
Karena itu aqidah Islam tidak hanya sampai di sini, ia berlanjut pada tingkatan berikutnya yaitu tauhid Uluhiyah. 
 
Kedua, Tauhid Uluhiyah yaitu meyakini dan mengesakan Allah ta'ala dalam setiap peribadahan, Dialah satu-satunya sesembahan yang berhak untuk diibadahi. Tidak ada sesembahan yang lainnya yang berhak untuk dibadahi, hal ini seperti konsekuensi dari syahadat yang kita ucapakan. 
 
Demikian pula disebutkan dalam salah satu ayatNya : 
 
وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ(163)
 Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. QS Al-Baqarah ayat 163. 
 
Maksud dari peribadahan di sini adalah adanya rasa suka dan takut adanya kemudharatan dari sesuatu yang disembah tersebut. Padahal tidak tidak ada kekuatan satupun selain dari padaNya. Termasuk ibadah yaitu berdo'a, sebagaimana sabda Nabi :
الدعاء مخ العبادة
Do'a itu adalah sari pati ibadah. HR. Thirmidzi.   
Karena itu kita tidak boleh berdo'a dan melaksanakan segala bentuk ibadah kepada selain Allah ta'ala. Ini adalah konsekuensi logis dari persaksian kita bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah ta'ala.      
   
Ketiga, tauhid Asma wa Sifat, yang dimaksud adalah kita meyakini bahwasanya Allah ta'ala itu mempunyai nama-nama yang indah dan mulia sesuai dengan keagungannya, simaklah firman Allah ta'ala dalam kalamNya :  
 
قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا(110)
Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu". QS Al -Isra ayat 110. 
 
Dalam ayat yang lain disebutkan : 
 
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ(180)
Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. QS Al-A'raf ayat 180. 
 
Masih banyak lagi ayat-ayat lainnya yang menunjukan keada kita bahwa Allah ta'ala memiliki nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang agung. 
 
Nama-nama dan sifat-sifat tersebut haruslah kita tetapkan sebagaimana Allah ta'ala sandarkan kepada dirinya sendiri. Kita hanya wajib beriman dengannya dan meyakininya. Dengan nama-nama tersebut kita dapat berwasilah dalam do'a kita, misalnya ketika kita ingin berdo'a agar ditambahkan rizqi maka kita bisa mengucapkan : Ya …. Razzaq berikanlah aku rizqi yang banyak" atau ketika do'a untuk menetapkan hati dalam ketaatan : 
 
يا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
Wahai dzat yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hatiku di atas ketaatan kepadaMu. HR. Ahmad.  
 
Apa kira-kira manfaat dari mengetahui dan memahami nama-nama dan sifat-sifat Allah yang agung tersebut? di antara manfaatnya adalah bahwa kita mengetahui bahwa Allah ta'ala berada di puncak kesempurnaan, nama-namanya melambangkan keindahan apa yang terkandung di dalamnya, sebagai contoh Allah ta'ala adalah Al-Khaliq (maha Mencipta) maha Dialah satu-satunya pencipta alam raya ini. Demikian pula sifat-sifat lainnya. 
 

Ibadah

Seringkali kita terjebak ke dalam pengertian dari ibadah. Ibadah hanya diartikan dengan ritual mahdhah semisal shalat atau puasa, padahal makna dari ibadah lebih luas dari itu, mari kita perhatikan definisi ibadah yang disebutkan oleh Syaikh Al-Islam
 
اَلْعِبَادَةُ إِسْمٌ جَامِعٌ لِكُلِ مَا يُحِبُّ الله وَيَرْضَه من أفعال وأقوال ظاهر وباطبا
Ibadah adalah sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan di ridhai Allah dari perkataan, perbuatan baik yang nyata atau yang tersembunyi. 
 
Cukup lengkap bukan definisi dari ibadah tersebut? ibadah mencakup segala aktifitas kita, sehingga segala sesuatu yang mendatangkan kepada keridhaanNya itu adalah ibadah, saya menulis buku ini ibadah, dan anda yang membacanyapun sedang melakukan ibadah. Itulah makna ibadah yang sebenarnya. 
 
Namun pembahasan yang dimaksud di sini adalah ibadah yang berkaitan dengan penyembahan kepada Allah ta'ala yang dilakukan oleh seorang muslim. Maka jika aqidah berkaitan dengan keimanan dalam hati maka ibadah berkaitan dengan amalan anggota badan. 
 
Sehingga ibadah ini akan nampak dalam tindakan nyata, bukan sekadar keyakinan. Dan ia telah terikat dengan aturan-aturan baku yang telah ditetapkan syariat Islam. 
 
Membahas mengenai ibadah maka kita tidak bisa melupkan ayatNya yang membicarakan tentang tugas utama manusia : 
 
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. QS Adz-Dzariyat ayat 56. 
 
Ibadah yang dimaksud dalam ayat ini adalah ibadah yang berupa penyembahan, taqarub, penghambaan dan lain sebagainya berkaitan dengan mengaugngkan Allah ta'ala. Jika demikian maka tugas manusia adalah ibadah saja? memang benar demikian, hanya saja makna ibadah sendiri tidaklah kaku seperti itu. Anda tentu masih ingat makna ibadah yang luas itu bukan? 
 
Selain itu dalam ayat yang lain juga disebutkan pentingnya kita memperhatikan urusan dunia : 
 
وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. QS Al-Qashas ayat 77. 
 
Hal ini berarti mencari kehidupan duniapun adalah bagian dari ibadah, dalam sabdanya yang shahih disebutkan : 
 
- أوليس الله جعل لكم ما تصدقون به إن لكم بكل تسبيحة صدقة , وكل تكبيرة صدقة , وكل تحميدة صدقة وكل تهليله صدقة , وأمر بالمعروف صدقة ونهي عن منكر صدقة ,وفي يُضح أحدكم صدقة - قالوا يا رسول الله أيأتي أحدنا شهوته ويكون له فيها أجر ؟ قال - أرأيتم لو وضعها في حرام أكان عليه وزر فكذلك إذا وضعها في الحلال كان له أجر 
Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu sesuatu untuk bershadaqah? Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah shadaqah,  tiap-tiap tahmid adalah shadaqah tiap-tiap tahlil adalah shadaqah, menyuruh kepada kebaikan adalah shadaqah mencegah kemungkaran adalah shadaqah dan persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah shadaqah“. Mereka bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya, ia mendapat pahala?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab : “Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, dia berdosa, demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia mendapat pahala”. Muslim no. 1006. 
 
Makna hadits yang panjang ini adalah bahwa setiap segala amalan yang baik adalah bentuk ibadah, hanya bagaimana kita meniatkan hal itu sebagai sarana mendapatkan keridhaanNya. Maka persetubuhan sesorang dengan istrinya yang sah adalah bagian dari shadaqah yang merupakan ibadah. Dari sini kita melihat bahwa dalam Islam makna ibadah itu sangat luas. 
 
Hal ini berarti ibadah yang merupakan bagian dari Islam adalah berbagai bentuk amalan yang dilakukan oleh seorang hamba dalam rangka mencapai keridhaanNya. Yang perlu diperhatikan adalah setiap ibadah haruslah sesuai dengan petunjuk Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam.   
 

Muamalah

Muamalah dalam ruang lingkup Islam adalah hubungan antara manusia dengan manusia yang lainnya. Muamalah bisa bermakna hubungan sosial antara sesama manusia.
Dalam ruang lingkup Islam maka muamalah lebih terfokus kepada bagaimana etika, adab, akhlak dan soan santun anatara seorang muslim dengan muslim lainnya atau dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. Muamalah sendiri adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia di dunia ini : 
 
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. QS Al-Baqarah ayat 282. 
 
Ayat ini sebenarnya berbicara tentang jual beli, terkadang jual beli memang disamakan dengan muamalah karena dalam jual beli memang terjadi sebuah hubungan antara satu manusia (penjual) dengan manusia lainnya (pembeli) dan ini adalah salah satu bentuk muamalah. 
 
Sesungguhnya bentuk-bentuk muamalah manusia begitu banyak ragamnya sehingga akan sulit untuk mendefinisikan dan memberikan contoh satu persatu.
 
Dalam pembahasan kali ini kita lebih melihat bagaimana mumalah itu dilandasi oleh Iman Islam sehingga ia mempunyai kekuatan dan keberkahan. 
 
Di antara hal yang berbeda dalam Islam dengan agama lainnya adalah bahwa dalam Islam permasalahan muamalah antar manusia diatur begitu lengkap dan sempurna, dari mulai bagaimana bersikap kepada orang tua, tetangga, masyarakat hingga hubungan dengan binatang dan alam raya ini. 
 
Mari kita berikan satu contoh tentang hal itu : 
 
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : من كان يؤمن بالله واليوم الاخر فليقل خيراً أو ليصمت , ومن كان يوم بالله واليوم الاخر فليكرم جاره , ومن كان يؤمن بالله واليوم الاخر فليكرم ضيفه
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda : Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya”. HR Bukhary dan Muslim.
 
Hadits ini membicarakan bagaimana muamlah dengan tetangga, bahwa kesempurnaan iman seseorang dapat diukur dari bentuk mumalahnya dengan tetangganya, apakah muamalahnya baik atau tidak? 
 
Selanjutnya bermuamalah dengan binatang :  
 
عُذِّبَتْ امْرَأَةٌ فِي هِرَّةٍ حَبَسَتْهَا حَتَّى مَاتَتْ جُوعًا فَدَخَلَتْ فِيهَا النَّارَ
Seorang wanita akan disiksa karena kucingnya yang dikurung hingga mati kelaparan, maka ia akan masuk neraka. HR Bukhary dan Muslim. 
 
Muamalah dengan binatang adalah masalah yang sepele, namun ia mendapatkan perhatian oleh Islam, apakah ada agama lain yang mengatur seperti ini? jelas tidak ada. Yang ada adalah mereka menganggap bahwa binatang itu mempunyai kekuatan tersendiri sehingga mereka menyembah binatang tersebut, ini adalah kesyirikan yang nyata. 
 
Adapun bermuamalah dengan lingkungan adalah berkaitan dengan menjaga lingkungan ini dari kerusakan, lihatlah hal "kecil" yang dilarang oleh Nabi : 
 
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ نَهَى أَنْ يُبَالَ فِي الْمَاءِ الرَّاكِدِ
Beliau melarang buang air kecil pada air yang tidak mengalir. HR Muslim.
 
Apa sebab larangan ini? tentu dari segi kesehatan kini sudah dapat ditemukan jawabannya, seseorang yang kencing pada air yang tidak mengalir tentu akan mengakibatkan air tersebut berbau dan merusak lingkungan, apalagi jika hal itu dilakukan di dekat rumah penduduk tentu sesuatu yang jorok dan tida sedap dipandang. 
 
Sampai di sini Islam mengatur bagaimana setiap muslim bermuamalah. Muamalah yang dilakukan antara manusia merupakan interaksi yang memerlukan adanya hukum-hukum yang harus ditaati bersama. 
 
Akhir-akhir ini kata-kata muamalah lebih sering ditujukan pada permasalahan bisnis dan muamalah al-maliyah (muamalah yang berkaitan dengan harta) misalya jual beli, sewa menyewa, gadai, hutang dan yang lainnya. Hal ini tidaklah salah karena semua itu adalah bagian dari muamalah dalam Islam, yang terpenting adalah bagaimana setiap interaksi kita dengan orang lain atau dengan lingkungan dapat terwarnai dengan nilai-nilai Islam sehingga kehidupan kita benar-benar kaffah, dari mulai aqidah, ibadah dan muamalah, semuanya mencerminkan keindahan dan kemuliaan Islam.

0 komentar:

Posting Komentar