Rabu, 30 September 2015

Keluarga Rasulallah Muhammad SAW.


"Wahai keluarga Rasulullah, cinta kepada kalian semua adalah kewajiban dari Allah. Cukuplah (membuktikan)keagungan kedudukan kalian bahwa siapa yang tidak bershalawat kepada kalian, tidak sah shalatnya"

Mencintai Keluarga Nabi S.A.W

Mencintai keluarga Nabi S.a.w adalah kewajiban dalam agama, tidak seorangpun mengingkari hal ini kecuali orang yang belum tahu, atau pura-pura tidak tahu.

Sebagian mengatakan bahwa Nabi tidak mempunyai keturunan dari anak laki. Sebagian mengatakan bahwa keturunan Beliau sudah habis dibantai bani Umayyah, dan sebagian lagi mempermasalahkan keabsahan silsilah yang ada karena berbagai motif.

Mari simak Hadits suci dari lisan suci Nabi, Beliau S.a.w bersabda;

"Semua nasab terputus kelak di hari kiamat kecuali nasabku".

"Manusia yang pertama mendapat syafa'atku dari umatku di hari kiamat adalah keluargaku".

"Mengapa orang mengatakan bahwa hubungan kekeluargaanku tidak bermanfaat di hari kiamat? Ketahuilah bahwa kekeluargaanku selalu tersambung di dunia dan akhirat.". (H.R. Ahmad dan Hakim dalam Mustadrok).

Imam Al Hakim meriwayatkan tentang Ahlul Bait dengan syarat Syaikhoin: "Bintang sebagai pengaman untuk penduduk bumi dari kebinasaan dan jika orang-orang berselisih dengan mereka (ahlul bait) maka mereka para penyimpang menjadi golongan Iblis".

Cinta ahlul bait adalah ukuran kebaikan seseorang, Rasulullah S.a.w bersabda; "Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik pada keluargaku sepeninggalku, tidak kalian beriman sehingga aku lebih kalian cintai dari diri kalian, dan keturunanku (itrahku) lebih kalian cintai daripada keturunan kalian, dan keluargaku lebih dari keluarga kalian, dzatku lebih dari dzat kalian.". (H. R. Hakim, Thabarani, Abu Ya’la, dan Baihaqi).

Sungguh aneh jika masih ada orang mengingkari keberadaan keturunan Nabi, apalagi mengklaim dirinya sebagai Ahlussunnah wal Jama’ah. Bagi orang awam seperti kita janganlah bingung, karena sejak dahulu kala kelompok semacam ini selalu ada. Cukup bagi kita nasihat Rasulullah, agar kita selamat dunia dan akhirat.

Nabi Muhammad S.a.w bersabda;

مثل أهل بيتي فيكم كسفينة نوح من ركبها نجي ومن تخلف عنها هلك. وفي رواية غرق، وفي رواية زج في النار

"Perumpamaan keluargaku seperti perahu nabi Nuh, yang menaikinya selamat dan yang menyimpang akan binasa". [Dalam riwayat lain 'akan masuk neraka']. (H.R Hakim dalam Mustadrok, Thabarani, Syihab dalam musnadnya dan Al-Bazzar).

Jangan sampai kepentingan pribadi dan ego menjadikan kita tidak taat pada sabda Rasulullah S.a.w.

Semoga tulisan ini bisa memberikan pencerahan. Termasuk untuk para ahlul bait janganlah membanggakan nasab, akan tetapi ikuti selalu akhlaq Rasulullah S.a.w. Janganlah kita menjadi orang yang gila hormat, tapi jadilah orang terhormat di sisi Allah S.w.t.

Al Habib Muhammad Husein Al Habsyi ~ (www.muhammadhuseinalhabsyi.com).

Keturunan Rasulullah S.A.W


Keturunan Hasan dan Husein hingga kini masih ada, sebagian kecil para 'pembenci' keluarga Ahlulbait menafikan dzurriyah Rasul S.a.w, sebagaimana juga kelompok lain menafikan keabsahan Sahabat Rasul Radhiyallahu’ anhum, yang berjumlah 60 ribu orang, maka golongan sesat itu mengatakan bahwa seluruh sahabat itu sesat, terkecuali beberapa orang saja.

Sayyidina Hasan tidak wafat di kejadian Karbala, Beliau Radhiyallahu ‘Anhu wafat diracun sebelum kejadian Karbala. Beliau meninggalkan keturunan 11 orang putra dan 6 orang putri, dan kemudian keturunan adalah dari putra Beliau Hasan Mutsanna dan Zeid Radhiyallahu’ Anhuma.

Sayyidina Husein wafat di Karbala, Beliau mempunyai 6 orang anak lelaki dan 3 anak perempuan, Ali Akbar, Ali Awsat, Ali Ashghar, Abdullah, Muhammad, Jakfar, Zainab, Sakinah dan Fathimah.

Putera Hasan keseluruhannya wafat terkecuali Ali Awsat yang dikenal dengan nama Ali Zainal Abidin, mempunyai putra bernama Muhammad Albaqir, yang mempunyai Putra bernama Ja'far As-Shadiq. Yang menjadi guru dari Imam Hanafi, yang kemudian Imam Hanafi ini bermuridkan Imam Maliki, lalu Imam Maliki bermuridkan Imam Syafi’i dan Imam Syafi’i bermuridkan Imam Ahmad bin Hanbal. Ringkasnya seluruh Ulama Ahlussunnah waljama’ah mengakui keabsahan keturunan Rasul S.a.w dari Sayyidina Ali Zainal Abidin putra Al Husein R.a.

Sayyidina Ali Zainal Abidin ini dilahirkan hari kamis, 5 Sya’ban tahun 38 Hijriyah, masiih di masa hidup kakeknya yairtu Ali bin Abi Thalib K.w, dan diriwayatkan oleh Abu Hamzah Alyamaniy bahwa ia mengamalkan Ibadah 1000 raka’at tahajjud setiap malammnya, demikian pula Imam Ghazali yang banyak mengaguminya. Salah satu riwayat yang dikatakan oleh Imam Thawus Rahimahullah: “Ketika aku memasuki Hijr Isma’il ditengah malam yang gelap, ternyata Ali Zainal Abidin Putra Husein sedang sujud.. alangkah lama sujudnya, lalu kepalanya terangkat dan kedua tangannya terangkat bermunajat dengan suara lirih: “Hamba-Mu dihadapan Pintu-Mu, si miskin ini dihadapan Pintu-Mu, si faqir ini dihadapan Pintu-Mu….”.

Beliau wafat pada tahun 93 Hijriyah, dan ada pendapat mengatakan tahun 94 Hijriyah, dimakamkan di pekuburan Baqi’ (Madinah Almunawarah), di pusara yang sama dengan pamannya yaitu Hasan bin Ali K.w. Sayyidina Ali Zainal Abidin meninggalkan 15 orang anak, dan yang sulung adalah Muhammad Albaqir.

Rujukan: Kitab Al Ghurar, oleh Imam Al Muhaddits Muhammad bin Ali Alkhird (w 960 H). Kitab ini merupakan salah satu kitab Induk yang menjelaskan silsilah keturunan Rasulullah S.a.w.

Al Habib Munzir Al Musawa ~ (www.majelisrasulullah.org)


Puisi Cinta Untuk Keluarga Nabi S.A.W

Mereka keluarga suci dan mulia
Barang siapa dengan ikhlas mencintainya
Ia memperoleh pegangan yang sentosa
Untuk bekal kehidupan di akhiratnya

Merekalah keluarga suci dan mulia
Yang keluhurannya menjadi buah bibir dan cerita
Dan keagungannya diingat orang sepanjang masa

Hormat kepada mereka adalah kewajiban agama
Kecintaan kepada mereka wujud hidayah yang nyata
Menanti mereka adalah curahan cinta
Dan kecintaan kepada mereka adalah takwa

~ KH. Abdullah bin Nuh ~
Mencintai Keluarga Nabi S.a.w - Bekal Menuju Surga (halaman 266).


Apa dibalik keterkaitan nasab dengan Rasulullah S.A.W?

Keterkaitan nasab dengan Rasulullah S.a.w merupakan kebanggaan terbesar dan termulia di sisi orang-orang pandai dan bijak. Keluarga inti Beliau S.a.w dan cabang-cabangnya adalah keluarga dan cabang keluarga termulia, lantaran nasab mereka terhubung dengan nasab Beliau S.a.w dan keterkaitan kedudukan mereka dengan kedudukan Beliau S.a.w.

Ulama -semoga Allah merahmati mereka- bersepakat, pemimpin-pemimpin dari keluarga Beliau yang mulia adalah manusia terbaik dari sisi dzatiyah (materi fisik dan psikis)-nya pihak bapak dan kakek, dan bahwasanya mereka sama dengan selain mereka terkait hukum-hukum syari’at dan sanksi hukum.

Adakah Dalil-dalil Al Qur’an dan Hadits, yang terkait dengan masalah itu?

Ada, di antaranya firman Allah S.w.t, “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai Ahli Bayt, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”. (QS Al-Ahzab [33]: 33).

Ulama mengatakan, firman-Nya “Ahli Bayt” mencakup tempat tinggal dan nasab. Dengan demikian, istri-istri Beliau S.a.w adalah Ahli Bayt tempat tinggal, dan kerabat Beliau adalah Ahli Bayt nasab.

Terdapat beberapa hadits yang menunjukkan hal ini, di antaranya hadits yang disampaikan Ath-Thabarani (Al-Kabir 3/56) dari Abu Sa’id Al-Khudri R.a, ia mengatakan, “Ayat ini turun terkait Nabi S.a.w, Ali, Fathimah, Hasan, dan Husain, semoga Allah meridhai mereka semua.”.

Dalam sebuah hadits shahih dinyatakan, Nabi S.a.w memberikan pakaian kepada mereka dan berdoa, “Ya Allah, mereka adalah keluargaku dan orang-orang khusus bagiku, hilangkanlah dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya.”. (Disampaikan oleh At-Tirmidzi No. 3871 dan Ahmad No. 6/292 dari hadits Ummu Salamah R.a. Imam At-Tirmidzi mengatakan, ”Ini hadits Hasan dan merupakan hadits terbaik yang diriwayatkan dalam hal ini". Menurut Allamah Arnauth dalam penjelasannya terhadap Al-Musnad, “Hadits ini Shahih.”).

Dalam riwayat lain dinyatakan, Nabi S.a.w mengenakan pakaian pada mereka dan meletakkan tangan Beliau pada mereka serta berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya mereka adalah keluarga Muhammad, maka jadikanlah shawalat dan keberkahan-Mu kepada keluarga Muhammad, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahaperkasa.”. (Disampaikan oleh Ahmad 3/323, Ath-Thabarani dalam Al-Kabir 3/53, dan Abu Ya’la dalam Al-Musnad 12/344 dari hadits Ummu Salamah R.a).

Di antara ayat-ayat yang menunjukkan keutamaan mereka adalah firman Allah S.w.t, “Siapa yang membantahmu dalam hal ini setelah engkau memperoleh ilmu, katakanlah (Muhammad), ‘Marilah kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istrimu, kami sendiri dan kamu juga, kemudian marilah kita bermubahalah agar laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta’.” – QS Ali ‘Imran (3): 61.

Para ahli tafsir mengatakan, ketika ayat ini turun Rasulullah S.a.w memanggil Ali, Fathimah, Hasan, dan Husain, semoga Allah meridhai mereka. Lalu Beliau memangku Husain dan menggandeng tangan Hasan, sementara Fathimah berjalan di belakang Beliau dan Ali di belakang keduanya, lalu Beliau S.a.w berdoa: “Ya Allah, mereka itu adalah keluargaku.”.

Dalam ayat ini terdapat dalil yang jelas, bahwa anak-anak Sayyidatina Fathimah dan keturunan mereka disebut anak-anak Beliau S.a.w, dan nasab mereka dinisbahkan kepada Beliau dengan penisbahan yang Shahih dan berguna di dunia dan akhirat.

Dikisahkan, Harun Ar-Rasyid bertanya kepada Musa Al-Kazhim R.a, “Bagaimana kalian mengatakan bahwa kalian adalah anak-cucu Rasulullah S.a.w padahal kalian adalah keturunan Ali? Padahal, seseorang hanya dinisbahkan nasabnya kepada kakek dari pihak bapaknya, bukan kakeknya dari pihak ibu.”

Al-Kazhim menjawab, “Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk, dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, ‘Dan kepada sebagian dari keturunannya (Ibrahim), yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik, serta Zakaria, Yahya, Isa, dan Ilyas’ – QS Al-An’am (6): 84-85. Isa tidak memiliki bapak, tetapi dia digabungkan dalam keturunan para nabi dari pihak ibunya. Demikian pula kami digabungkan dalam keturunan Nabi kita, Muhammad S.a.w, dari pihak ibu kami, Fathimah R.a. Lebih dari itu, wahai Amirul Mu’minin, saat turunnya ayat mubahalah, tidaklah Nabi S.a.w memanggil kecuali kepada Ali, Fathimah, Hasan, dan Husain R.a.”.

Demikianlah kisah ini sebagaimana disebutkan Allamah Syamsuddin Al-Wasithi dalam Majma’ al-Ahbab.

Keutamaan dan Keistimewaan Keluarga Nabi S.A.W

Adapun hadits-hadits yang terkait keutamaan dan keistimewaan keluarga Nabi S.a.w cukup banyak, dan dalam hal ini para imam menyusun berbagai karya tulis tersendiri.

Di antara hadits-hadts tersebut adalah yang diriwayatkan Zaid bin Arqam R.a, “Suatu hari Rasulullah S.a.w berdiri di antara kami untuk menyampaikan ceramah di tempat air yang disebut Khumm, antara Makkah dan Madinah. Beliau S.a.w memuji dan menyanjung Allah S.w.t, menyampaikan nasihat dan peringatan, kemudian mengatakan;

"Ketahuilah, wahai manusia, sesungguhnya aku hanyalah manusia yang tidak lama lagi akan kedatangan utusan Tuhanku lantas aku memperkenankan dan aku meninggalkan di antara kalian dua peninggalan berharga. Yang pertama, Kitabullah. Di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya. Terapkanlah Kitab Allah dan berpegang teguhlah padanya.", Beliau menganjurkan penerapan Kitab Allah dan menekankannya. Kemudian Beliau S.a.w bersabda;"Dan keluargaku. Aku ingatkan kalian pada Allah terkait keluargaku, aku ingatkan kalian pada Allah terkait keluargaku, aku ingatkan kalian pada Allah terkait keluargaku’.”

Hushain bertanya kepada Zaid, “Siapa saja keluarga Beliau, hai Zaid?, Bukankah istri-istri Beliau termasuk keluarga Beliau?”. Zaid menjawab, “Istri-istri Beliau termasuk keluarga Beliau, tetapi keluarga Beliau sesungguhnya adalah mereka yang tidak diperkenankan menerima sedekah sepeninggal Beliau.”“Siapa saja mereka?” tanya Hushain lagi.

Zaid menjawab, “Mereka adalah keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja’far, dan keluarga Abbas.”

Hushain bertanya, “Mereka semua tidak diperkenankan menerima sedekah?”

“Ya,” jawabnya.

(Disampaikan oleh Muslim No. 4425 dari hadits Zaid bin Arqam R.a).

Pada redaksi lain (terkait yang dikatakan Nabi S.a.w di Khumm), “Sesungguhnya aku meninggalkan di antara kalian dua perkara yang jika kalian berpegang teguh pada keduanya kalian tidak akan tersesat sepeninggalku. Salah satu dari keduanya lebih besar dari yang lain. Yaitu (pertama), Kitab Allah S.w.t, tali yang menjulur dari langit ke bumi, dan (kedua) keturunanku, keluargaku. Tidaklah keduanya berpisah hingga menemuiku di telaga surga. Maka, perhatikanlah bagaimana kalian sepeninggalku dalam mencintai keduanya.”. (Disampaikan oleh At-Tirmidzi No. 3788 dan lainnya, juga dari hadits riwayat Zaid bin Arqam).

Dalam salah satu syairnya, Imam Syafi’i R.a mengatakan:

Wahai keluarga Rasulullah
Cinta kepada kalian semua
adalah kewajiban dari Allah
dalam Al Qur’an yang diturunkan-Nya

Cukuplah keagungan kedudukan kalian
bahwa kalian semua
siapa yang tidak bershalawat kepada kalian
tidak sah shalat baginya

Seorang pentahqiq (yakni seseorang yang meneliti nash-nash secara mendalam) -semoga Allah melimpahkan manfaat melalui mereka-, mengatakan:

Siapa yang mencermati realita dan fakta, (maka) dia akan menemukan bahwa keluarga Nabi S.a.w ~secara umum, kecuali sedikit sekali~ adalah yang melaksanakan tugas-tugas agama, menyeru kepada syari’at pemimpin para Rasul (yakni Rasulullah S.a.w), bertaqwa kepada Tuhan mereka, kalangan terpilih lantaran kesungguhan mereka, menjalin persatuan yang kukuh“.

Sebuah maqalah mengatakan: ‘Siapa yang menyerupai bapaknya, dia bukan seorang yang aniaya.’.

Ulama mereka adalah para pemimpin umat dan tokoh terkemuka yang menyingkirkan tindak kezhaliman. Mereka (keluarga Rasulullah S.a.w) adalah keberkahan bagi umat ini. Mereka menyingkap berbagai kesuraman yang menyelimuti alam. Maka, harus ada di setiap masa dari kalangan mereka, yang lantaran mereka itu, Allah menghindarkan malapetaka dari manusia. Karena, mereka adalah keamanan bagi penduduk bumi, sebagaimana bintang-bintang adalah keamanan bagi penduduk langit.”.

Apakah penisbahan kepada Beliau S.A.W bermanfaat, baik di dunia maupun akhirat? Lalu, adakah dalilnya?

Ya, nisbah nasab kepada Beliau S.a.w berguna, di dunia dan akhirat. Dalil yang melandasi hal ini cukup banyak, di antaranya sabda Nabi S.a.w, “Setiap hubungan nasab dan sabab(hubungan kekeluargaan lantaran pernikahan) terputus pada hari Kiamat kecuali nasabku dan sababku.”. – Disampaikan oleh Ibnu Asakir dalam kitabnya At-Tarikh (21: 67) dari hadits Ibnu Umar R.a. Hadist ini menunjukkan besarnya manfaat penisbahan kepada Beliau S.a.w.

Dalil lainnya, adalah hadits yang disampaikan Ath-Thabarani dan lainnya. Dikutip dari sebuah hadits yang cukup panjang, “Setiap sabab dan nasab terputus pada hari Kiamat, kecuali sababku dan nasabku.”. (Disampaikan oleh Ath-Thabarani dalam Al-Kabir 3/44 dan 11/343 dan Al-Ausath 6/357).

Dan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud R.a, ia mengatakan, “Aku mendengar Rasulullah S.a.w bersabda di atas mimbar, ‘Ada apa dengan orang-orang yang mengatakan bahwa keterkaitan nasab dengan Rasulullah S.a.w tidak berguna bagi kaum Beliau di hari Kiamat kelak?, Tentu (berguna), demi Allah, sesungguhnya keluargaku terjalin di dunia dan akhirat, dan sesungguhnya aku, wahai manusia, adalah yang mendahului kalian ke telaga surga’.”. (Disampaikan oleh Ahmad 3/18 dan lainnya dari hadits Abu Sa’id Al-Khudri R.a).

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

~ Al Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith ~

Tabarruk - Mengambil Keberkahan dari Seorang Shalihin

Banyak orang yang keliru memahami makna hakikat tabarruk dengan Nabi Muhammad Saw, peninggalan-peninggalannya Saw, dan para pewarisnya yakni para ulama, para kyai dan para wali dan shalihin. Karena hakekat yang belum mereka pahami, mereka berani menilai kafir (sesat) atau musyrik terhadap mereka yang bertabarruk pada Nabi Saw atau ulama.

Mengenai azimat (Ruqyyat) dengan huruf arab merupakan hal yang diperbolehkan, selama itu tidak menduakan Allah Swt. Sebagaimana dijelaskan bahwa azimat dengan tulisan ayat atau doa disebutkan pada kitab Faidhulqadir Juz 3 hal 192, dan Tafsir Imam Qurtubi Juz 10 hal.316/317, dan masih banyak lagi penjelasan para Muhadditsin mengenai diperbolehkannya hal tersebut, karena itu semata mata adalah bertabarruk (mengambil berkah) dari ayat ayat Al Qur’an.

Mengenai benda-benda keramat, maka ini perlu penjelasan yang sejelas jelasnya, bahwa benda benda keramat itu tak bisa membawa manfaat atau mudharrat, namun mungkin saja digunakan Tabarrukan (mengambil berkah) dari pemiliknya dahulu, misalnya ia seorang yang shalih, maka sebagaimana diriwayatkan: Para sahabat seakan akan hampir saling berkelahi saat berdesakan berebutan air bekas wudhunya Rasulullah Saw (Shahih Bukhari Hadits no. 186), Allah swt menjelaskan bahwa ketika Ya’qub as dalam keadaan buta, lalu dilemparkanlah ke wajahnya pakaian Yusuf as, maka iapun melihat, sebagaimana Allah menceritakannya dalam firman Nya SWT : 
“(Berkata Yusuf as pada kakak kakaknya) PERGILAH KALIAN DENGAN BAJUKU INI, LALU LEMPARKAN KE WAJAH AYAHKU, MAKA IA AKAN SEMBUH DARI BUTANYA” (QS Yusuf 93), 
dan pula ayat : 
“MAKA KETIKA DATANG PADANYA KABAR GEMBIRA ITU, DAN DILEMPARKAN PADA WAJAHNYA (pakaian Yusuf as) MAKA IA (Ya’qub as) SEMBUH DARI KEBUTAANNYA” (QS Yusuf 96).

Ini merupakan dalil Alqur’an, bahwa benda/pakaian orang orang shalih dapat menjadi perantara kesembuhan dengan izin Allah tentunya, kita bertanya mengapa Allah sebutkan ayat sedemikian jelasnya?, apa perlunya menyebutkan sorban yusuf dengan ucapannya : “PERGILAH KALIAN DENGAN BAJUKU INI, LALU LEMPARKAN KEWAJAH AYAHKU, MAKA IA AKAN SEMBUH DARI BUTANYA” . Untuk apa disebutkan masalah baju yang dilemparkan kewajah ayahnya?, agar kita memahami bahwa Allah SWT memuliakan benda benda yang pernah bersentuhan dengan tubuh hamba hamba Nya yang shalih. kita akan lihat dalil dalil lainnya. Setelah Rasul Saw wafat maka Asma binti Abubakar shiddiq ra menjadikan baju Beliau Saw sebagai pengobatan, bila ada yang sakit maka ia mencelupkan baju Rasul Saw itu di air lalu air itu diminumkan pada yang sakit (shahih Muslim hadits no.2069).

Rasul saw sendiri menjadikan air liur orang mukmin sebagai berkah untuk pengobatan, sebagaimana sabda beliau : “Dengan Nama Allah atas tanah bumi kami, demi air liur sebagian dari kami, sembuhlah yang sakit pada kami, dengan izin tuhan kami” (shahih Bukhari hadits no.5413), ucapan Beliau Saw : “demi air liur sebagian dari kami” menunjukkan bahwa air liur orang mukmin dapat menyembuhkan penyakit, dengan izin Allah Swt tentunya, sebagaimana dokter pun dapat menyembuhkan, namun dengan izin Allah pula tentunya, hadits ini menjelaskan bahwa Rasul Saw bertabarruk dengan air liur mukminin bahkan tanah bumi, menunjukkan bahwa pada hakikatnya seluruh ala mini membawa keberkahan dari Allah Swt.

Seorang sahabat meminta Rasul Saw shalat dirumahnya agar kemudian ia akan menjadikan bekas tempat shalat Beliau Saw itu mushollah dirumahnya, maka Rasul Saw datang kerumah orang itu dan bertanya : “dimana tempat yang kau inginkan aku shalat?”. Demikian para sahabat bertabarruk dengan bekas tempat shalatnya Rasul Saw hingga dijadikan musholla (Shahih Bukhari hadits no.1130)

Nabi Musa as ketika akan wafat ia meminta didekatkan ke wilayah suci di palestina, menunjukkan bahwa Musa as ingin dimakamkan dengan mengambil berkah pada tempat suci (shahih Bukhari hadits no.1274).

Allah memuji Nabi Saw dan Umar bin Khattab ra yang menjadikan Maqam Ibrahim as (bukan makamnya, tetapi tempat ibrahim as berdiri dan berdoa di depan ka’bah yang dinamakan Maqam Ibrahim as) sebagai tempat shalat (musholla), sebagaimana firman Nya : “Dan jadikanlah tempat berdoanya Ibrahim sebagai tempat shalat” (QS Al Imran 97), maka jelaslah bahwa Allah swt memuliakan tempat hamba hamba Nya berdoa, bahkan Rasul Saw pun bertabarruk dengan tempat berdoanya Ibrahim as, dan Allah memuji perbuatan itu.

Diriwayatkan ketika Rasul Saw barusaja mendapat hadiah selendang pakaian bagus dari seorang wanita tua, lalu datang pula orang lain yang segera memintanya selagi pakaian itu dipakai oleh Rasul Saw, maka riuhlah para sahabat lainnya menegur si peminta, maka sahabat itu berkata : “aku memintanya karena mengharapkan keberkahannya ketika dipakai oleh Nabi Saw dan kuinginkan untuk kafanku nanti” (Shahih Bukhari hadits no.5689), demikian cintanya para sahabat pada Nabinya Saw, sampai kain kafanpun mereka ingin yang bekas sentuhan tubuh Nabi Muhammad Saw.

Sayyidina Umar bin Khattab ra ketika ia telah dihadapan sakratulmaut, Yaitu sebuah serangan pedang yang merobek perutnya dengan luka yang sangat lebar, beliau tersungkur roboh dan mulai tersengal sengal beliau berkata kepada putranya (Abdullah bin Umar ra), "Pergilah pada ummulmukminin, katakan padanya aku berkirim salam hormat padanya, dan kalau diperbolehkan aku ingin dimakamkan disebelah Makam Rasul saw dan Abubakar ra", maka ketika Ummulmukminin telah mengizinkannya maka berkatalah Umar ra : "Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu” (dimakamkan disamping makam Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.1328). Dihadapan Umar bin Khattab ra Kuburan Nabi saw mempunyai arti yang sangat Agung, hingga kuburannya pun ingin disebelah kuburan Nabi saw, bahkan ia berkata : "Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu”

Demikian pula Abubakar shiddiq ra, yang saat Rasul saw wafat maka ia membuka kain penutup wajah Nabi saw lalu memeluknya dengan derai tangis seraya menciumi tubuh beliau saw dan berkata : “Demi ayahku, dan engkau dan ibuku wahai Rasulullah.., Tiada akan Allah jadikan dua kematian atasmu, maka kematian
yang telah dituliskan Allah untukmu kini telah kau lewati”. (Shahih Bukhari hadits no.1184, 4187).

Salim bin Abdullah ra melakukan shalat sunnah di pinggir sebuah jalan, maka ketika ditanya ia berkata bahwa ayahku shalat sunnah ditempat ini, dan berkata ayahku bahwa Rasulullah saw shalat di tempat ini, dan dikatakan bahwa Ibn Umar ra pun melakukannya. (Shahih Bukhari hadits no.469). Demikianlah keadaan para sahabat Rasul saw, bagi mereka tempat-tempat yang pernah disentuh oleh Tubuh Muhammad saw tetap mulia walau telah diinjak ribuan kaki, mereka mencari keberkahan dengan shalat pula ditempat itu, demikian pengagungan mereka terhadap sang Nabi saw.

Dalam riwayat lainnnya dikatakan kepada Abu Muslim, wahai Abu Muslim, kulihat engkau selalu memaksakan shalat ditempat itu?, maka Abu Muslim ra berkata : Kulihat Rasul saw shalat ditempat ini” (Shahih Bukhari hadits no.480).

Sebagaimana riwayat Sa’ib ra, : "aku diajak oleh bibiku kepada Rasul saw, seraya berkata : Wahai Rasulullah.., keponakanku sakit.., maka Rasul saw mengusap kepalaku dan mendoakan keberkahan padaku, lalu Beliau berwudhu, lalu aku meminum air dari bekas wudhu Beliau Saw, lalu aku berdiri dibelakang beliau dan kulihat Tanda Kenabian Beliau Saw" (Shahih Muslim hadits no.2345).

Riwayat lain ketika dikatakan pada Ubaidah ra bahwa kami memiliki rambut Rasul Saw, maka ia berkata: “Kalau aku memiliki sehelai rambut beliau saw, maka itu lebih berharga bagiku dari dunia dan segala isinya” (Shahih Bukhari hadits no.168). demikianlah mulianya sehelai rambut Nabi Saw dimata sahabat, lebih agung dari dunia dan segala isinya. Diriwayatkan oleh Abi Jahiifah dari ayahnya, bahwa para sahabat berebutan air
bekas wudhu Rasul Saw dan mengusap2kannya ke wajah dan kedua tangan mereka, dan mereka yang tak mendapatkannya maka mereka mengusap dari basahan tubuh sahabat lainnya yang sudah terkena bekas air wudhu Rasul Saw lalu mengusapkan ke wajah dan tangan mereka” (Shahih Bukhari hadits no.369, demikian juga pada Shahih Bukhari hadits no.5521, dan pada Shahih Muslim hadits no.503 dengan riwayat yang banyak).

Diriwayatkan ketika Anas bin malik ra dalam detik detik sakratulmaut ia yang memang telah menyimpan sebuah botol berisi keringat Rasul Saw dan beberapa helai rambut Rasul saw, maka ketika ia hampir wafat ia berwasiat agar botol itu disertakan bersamanya dalam kafan dan hanut nya (shahih Bukhari hadits no.5925)

Tampaknya kalau mereka ini hidup di zaman sekarang, tentulah para sahabat ini sudah dikatakan musyrik, tentu Abubakar sudah dikatakan musyrik karena menangisi dan memeluk tubuh Rasul Saw dan berbicara pada jenazah Beliau Saw Tentunya umar bin khattab sudah dikatakan musyrik karena disakratulmaut bukan ingat Allah malah ingat kuburan Nabi saw Tentunya para sahabat sudah dikatakan musyrik dan halal darahnya, karena mengkultuskan Nabi Muhammad Saw dan menganggapnya tuhan sembahan hingga berebutan air bekas wudhunya, mirip dengan kaum nasrani yang berebutan air pastor Nah.. kita boleh menimbang diri kita, apakah kita sejalan dengan sahabat atau kita sejalan dengan generasi sempalan. Wahai saudaraku, jangan alergi dengan kalimat syirik, syirik itu adalah bagi orang yang berkeyakinan ada Tuhan Lain selain Allah, atau ada yang lebih kuat dari Allah, atau meyakini ada tuhan yang sama dengan Allah swt. Inilah makna syirik. Sebagimana sabda Nabi Saw : “Kebekahan adalah pada orang orang tua dan ulama
kalian” (Shahih Ibn Hibban hadits no.559)

Dikatakan oleh Al hafidh Al Imam Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthiy menanggapi hadits yang diriwayatkan dalam shahih muslim bahw Rasul saw membaca mu’awwidzatain lalu meniupkannya ke kedua telapak tangannya, lalu mengusapkannya ke sekujur tubuh yang dapat disentuhnya, hal itu adalah tabarruk dengan nafas dan air liur yang telah dilewati bacaan Alqur’an, sebagaimana tulisan dzikir dzikir yang ditulis dibejana (untuk obat). (Al Jami’usshaghiir Imam Assuyuthiy Juz 1 hal 84 hadits no.104)

Telah dibuktikan pula secara ilmiah oleh salah seorang Profesor Jepang, bahwa air itu berubah wujud bentuknya dengan hanya diucapkan padanya kalimat kalimat tertentu, bila ucapan itu berupa cinta, terimakasih dan ucapan ucapan indah lainnya maka air itu berubah wujudnya menjadi semakin indah, bila diperdengarkan ucapan cacian dan buruk maka air itu berubah menjadi buruk wujud bentuknya, dan bila dituliskan padanya tulisan mulia dan indah seperti terimakasih, syair cinta dan tulisan indah lainnya maka ia menjadi semakin indah wujudnya, bila dituliskan padanya ucapan caci maki dan ucapan buruk lainnya maka ia berubah buruk wujudnya, kesimpulannya bahwa air itu berubah dengan perubahan emosi orang yang didekatnya, apakah berupa tulisan dan perkataan.

Keajaiban alamiah yang baru diketahui masa kini, sedangkan Rasul Saw dan para sahabat telah memahaminya, mereka bertabarruk dengan air yang menyentuh tubuh Rasul Saw, mereka bertabarruk dengan air doa yang didoakan oleh Rasul Saw, maka hanya mereka mereka kaum muslimin yang rendah pemahamannya dalam syariah inilah yang masih terus menentangnya padahal telah dibuktikan secara dalil shahih dan pula pembuktian ilmiah, menunjukkan pemahaman mereka itulah yang jumud dan terbelakang.

Walillahittaufiq

Sumber : Buku Kenalilah Akidahmu - Habib Munzir Almusawa
www.majelisrasulullah.org