Sabtu, 03 Oktober 2015

Siapakah Yang Berjuluk Wali Allah? (Bagian 2) - Pertanda Kewalian


"Wali-wali Allah adalah orang-orang yang jika dilihat dapat mengingatkan kita kepada Allah SWT".


Diantara tanda-tanda Wali Allah adalah:
1. Jika melihat mereka, akan mengingatkan kita kepada Allah Swt.
Dari Amru Ibnul Jammuh, katanya: “Ia pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: 
“Allah berfirman: “Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, wali-wali-Ku adalah orang-orang yang Aku sayangi. Mereka selalu mengingati-Ku dan Akupun mengingati mereka.”
(Hadis riwayat Abu Daud dalam Sunannya dan Abu Nu’aim dalam Hilya jilid I hal. 6)

Dari Said ra, ia berkata: 
“Ketika Rasulullah Saw ditanya: “Siapa Wali-wali Allah?” Maka Beliau bersabda: “Wali-wali Allah adalah orang-orang yang jika dilihat dapat mengingatkan kita kepada Allah.”
(Hadis riwayat Ibnu Abi Dunya di dalam kitab Auliya’ dan Abu Nu’aim di dalam Al Hilya Jilid I hal 6).

2. Jika mereka tiada, tidak pernah orang mencarinya.
Dari Abdullah Ibnu Umar Ibnu Khattab, katanya: 
“Pada suatu kali Umar mendatangi tempat Mu’adz ibnu Jabal ra, kebetulan ia sedang menangis, maka Umar berkata: “Apa yang menyebabkan engkau menangis, wahai Mu’adz?” 
Kata Mu’adz: 
“Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Orang-orang yang paling dicintai Allah adalah mereka yang bertakwa yang suka menyembunyikan diri, jika mereka tidak ada, maka tidak ada yang mencarinya, dan jika mereka hadir, maka mereka tidak dikenal. Mereka adalah para imam petunjuk dan para pelita ilmu.”
(Hadis riwayat Nasa’i, Al Bazzar dan Abu Nu’aim di dalam Al Hilyah jilid I hal. 6)

3. Mereka bertakwa kepada Allah.
Allah Swt berfirman: 
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati Mereka itu adalah orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.. Dan bagi mereka diberi berita gembira di dalam kehidupan dunia dan akhirat” 
(QS Yunus: 62 - 64)

Abul Hasan As Sadzili pernah berkata: 
“Tanda-tanda kewalian seseorang adalah ridha dengan qadha, sabar dengan cobaan, bertawakkal dan kembali kepada Allah ketika ditimpa bencana.” 
(Hadisriwayat.Al Mafakhiril ‘Aliyah hal 104)

4. Mereka saling menyayangi dengan sesamanya.
Dari Umar Ibnul Khattab ra berkata: 
“Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya sebahagian hamba Allah ada orang-orang yang tidak tergolong dalam golongan para nabi dan para syahid, tetapi kedua golongan ini ingin mendapatkan kedudukan seperti kedudukan mereka di sisi Allah.”

Tanya seseorang: 
“Wahai Rasulullah, siapakah mereka dan apa amal-amal mereka?” 
Sabda Beliau: 
“Mereka adalah orang-orang yang saling kasih sayang dengan sesamanya, meskipun tidak ada hubungan darah mahupun harta di antara mereka. Demi Allah, wajah mereka memancarkan cahaya, mereka berada di atas mimbarmimbar dari cahaya, mereka tidak akan takut dan susah.”

Kemudian Rasulullah Saw membacakan firman Allah yang artinya: 
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” 
(Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam kitab Al Hilya jilid I, hal 5)

5. Mereka selalu sabar, wara’ dan berbudi pekerti yang baik.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa 
“Rasulullah Saw bersabda: “Ada tiga sifat yang jika dimiliki oleh seorang, maka ia akan menjadi wali Allah, yaitu: pandai mengendalikan perasaannya di saat marah, wara’ dan berbudi luhur kepada orang lain.” 
(Hadist Riwayat Ibnu Abi Dunya di dalam kitab Al Auliya’)

“Rasulullah Saw bersabda: “Wahai Abu Hurairah, berjalanlah engkau seperti segolongan orang yang tidak takut ketika manusia ketakutan di hari kiamat. Mereka tidak takut siksa api neraka ketika manusia takut. Mereka menempuh perjalanan yang berat sampai mereka menempati tingkatan para nabi. Mereka suka berlapar, berpakaian sederhana dan haus, meskipun mereka mampu. Mereka lakukan semua itu demi untuk mendapatkan redha Allah. Mereka tinggalkan rezeki yang halal kerana takut akan shubhahnya. Mereka bersahabat dengan dunia hanya dengan badan mereka, tetapi mereka tidak tertipu oleh dunia. Ibadah mereka menjadikan para malaikat dan para nabi sangat kagum. Sungguh amat beruntung mereka, alangkah senangnya jika aku dapat bertemu dengan mereka.” Kemudian Rasulullah saw menangis kerana rindu kepada mereka. Dan beliau bersabda: “Jika Allah hendak menyiksa penduduk bumi, kemudian Dia melihat mereka, maka Allah akan menjauhkan siksaNya. Wahai Abu Hurairah, hendaknya engkau menempuh jalan mereka, sebab siapapun yang menyimpang dari penjalanan mereka, maka ia akan mendapati siksa yang berat.” 
(Hadis riwayat Abu Hu’aim dalam kitab Al Hilya)

7. Mereka selalu terhindar ketika ada bencana.
Dari Ibnu Umar ra, katanya: Rasulullah Saw bersabda: 
“Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang diberi makan dengan rahmat-Nya dan diberi hidup dalam afiyah-Nya, jika Allah mematikan mereka, maka mereka akan dimasukkan ke dalam syurga-Nya. Segala bencana yang tiba akan lenyap secepatnya di hadapan mereka, seperti lewatnya malam hari di hadapan mereka, dan mereka tidak terkena sedikitpun oleh bencana yang datang.” 
(Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam kitab Al Hilya jilid I hal 6)

8. Hati mereka selalu terkait kepada Allah.
Imam Ali Bin Abi Thalib berkata kepada Kumail An Nakha’i: “Bumi ini tidak akan kosong dari hamba-hamba Allah yang menegakkan agama Allah dengan penuh keberanian dan keikhlasan, sehingga agama Allah tidak akan punah dari peredarannya. Akan tetapi, berapakah jumlah mereka dan dimanakah mereka berada? Kiranya hanya Allah yang mengetahui tentang mereka. Demi Allah, jumlah mereka tidak banyak, tetapi nilai mereka di sisi Allah sangat mulia. Dengan mereka, Allah menjaga agamaNya dan syariatNya, sampai dapat diterima oleh orang-orang seperti mereka. Mereka menyebarkan ilmu dan ruh keyakinan. Mereka tidak suka kemewahan, mereka senang dengan kesederhanaan. Meskipun tubuh mereka berada di dunia, tetapi rohaninya membumbung ke alam malakut. Mereka adalah khalifah-khalifah Allah di muka bumi dan para da’I kepada agamaNya yang lurus. Sungguh, betapa rindunya aku kepada mereka.” 
(Nahjul Balaghah hal 595 dan Al Hilya jilid 1 hal. 80)

9. Mereka senang bermunajat di akhir malam.
Imam Ghazali menyebutkan: 
“Allah pernah memberi ilham kepada para siddiq: “Sesungguhnya ada hamba-hamba-Ku yang mencintai-Ku dan selalu merindukan Aku dan Akupun demikian. Mereka suka mengingati-Ku dan memandang-Ku dan Akupun demikian. Jika engkau menempuh jalan mereka, maka Aku mencintaimu. Sebaliknya, jika engkau berpaling dari jalan mereka, maka Aku murka kepadamu“
Tanya seorang siddiq: “Ya Allah, apa tanda-tanda mereka?”

Firman Allah: 
“Di siang hari mereka selalu menaungi diri mereka, seperti seorang pengembala yang menaungi kambingnya dengan penuh kasih sayang, mereka merindukan terbenamnya matahari, seperti burung merindukan sarangnya. Jika malam hari telah tiba tempat tidur telah diisi oleh orang-orang yang tidur dan setiap kekasih telah bercinta dengan kekasihnya, maka mereka berdiri tegak dalam solatnya. Mereka merendahkan dahi-dahi mereka ketika bersujud, mereka bermunajat, menjerit, menangis, mengadu dan memohon kepada-Ku. Mereka berdiri, duduk, ruku’, sujud untuk-Ku. Mereka rindu dengan kasih sayang-Ku. Mereka Aku beri tiga kurniaan: Pertama, mereka Aku beri cahaya-Ku di dalam hati mereka, sehingga mereka dapat menyampaikan ajaranKu kepada manusia. Kedua, andaikata langit dan bumi dan seluruh isinya ditimbang dengan mereka, maka mereka lebih unggul dari keduanya. Ketiga, Aku hadapkan wajahKu kepada mereka. Kiranya engkau akan tahu, apa yang akan Aku berikan kepada mereka?” 
(Ihya’ Ulumuddin jilid IV hal 324 dan Jilid I hal 358)

10. Mereka suka menangis dan mengingat Allah.
‘Iyadz ibnu Ghanam menuturkan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Malaikat memberitahu kepadaku: “Sebaik-baik umatku berada di tingkatan-tingkatan tinggi.
Mereka suka tertawa secara terang, jika mendapat nikmat dan rahmat dari Allah, tetapi mereka suka menangis secara rahasia, karena mereka takut mendapat siksa dari Allah.
Mereka suka mengingat Tuhannya di waktu pagi dan petang di rumah-rumah Tuhannya.
Mereka suka berdoa dengan penuh harapan dan ketakutan.
Mereka suka memohon dengan tangan mereka ke atas dan ke bawah. Hati mereka selalu merindukan Allah.
Mereka suka memberi perhatian kepada manusia, meskipun mereka tidak dipedulikan orang.
Mereka berjalan di muka bumi dengan rendah hati, tidak congkak, tidak bersikap bodoh dan selalu berjalan dengan tenang.
Mereka suka berpakaian sederhana.
Mereka suka mengikuti nasihat dan petunjuk Al Qur’an.
Mereka suka membaca Al Qur’an dan suka berkorban. Allah suka memandangi mereka dengan kasih sayang-Nya.
Mereka suka membahagikan nikmat Allah kepada sesama mereka dan suka memikirkan negeri-negeri yang lain. Jasad mereka di bumi, tapi pandangan mereka ke atas. Kaki mereka di tanah, tetapi hati mereka di langit. Jiwa mereka di bumi, tetapi hati mereka di Arsy. Roh mereka di dunia, tetapi akal mereka di akhirat.
Mereka hanya memikirkan kesenangan akhirat. Dunia dinilai sebagai kubur bagi mereka. Kubur mereka di dunia, tetapi kedudukan mereka di sisi Allah sangat tinggi.

Kemudian Beliau Saw menyebutkan firman Allah yang artinya: 
“Kedudukan yang setinggi itu adalah untuk orang-orang yang takut kepada hadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku.” 
(Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam Hilya jilid I, hal 16)

11. Jika mereka berkeinginan, maka Allah memenuhinya.
Dari Anas ibnu Malik ra berkata: 
“Rasul Saw bersabda: “Berapa banyak manusia lemah dan dekil yang selalu dihina orang, tetapi jika ia berkeinginan, maka Allah memenuhinya, dan Al Barra’ ibnu Malik, salah seorang di antara mereka.”

Ketika Barra’ memerangi kaum musyrikin, para sahabat: berkata: 
“Wahai Barra’, sesungguhnya Rasulullah Saw pernah bersabda: “Andaikata Barra’ berdoa, pasti akan terkabul. Oleh kerana itu, berdoalah untuk kami.” 
Maka Barra’ berdoa, sehingga kami diberi kemenangan.

Di medan peperangan Sus, Barra’ berdo’a: 
“Ya Allah, aku mohon, berilah kemenangan kaum Muslimin dan temukanlah aku dengan NabiMu.” 
Maka kaum Muslimin diberi kemenangan dan Barra’ gugur sebagai syahid.

12. Keyakinan mereka dapat menggoncangkan gunung.
Abdullah ibnu Mas’ud pernah menuturkan: 
“Pada suatu waktu ia pernah membaca firman Allah: 
“Afahasibtum annamaa khalaqnakum ‘abathan”
pada telinga seorang yang pingsan, maka dengan izin Allah, orang itu segera sadar, sehingga Rasuulllah saw bertanya kepadanya: 
“Apa yang engkau baca di telinga orang itu?” Kata Abdullah: “Aku tadi membaca firman Allah: “Afahasibtum annamaa khalaqnakum‘abathan” sampai akhir surah.” 
Maka Rasul Saw bersabda: 
“Andaikata seseorang yakin kemujarabannya dan ia membacakannya kepada suatu gunung, pasti gunung itu akan hancur.” 
(Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam Al Hilya jilid I hal 7)

Bagaimanakah Seseorang Itu Menjadi Wali Allah
Sesesorang itu menjadi wali dengan salah satu dari dua cara yaitu:

1. Karena Karunia Allah
Adakalanya seorang menjadi wali karena mendapat karunia dari Allah meskipun ia tidak pernah dibimbing oleh seorang syeikh mursyid. Allah Swt berfirman:

“Allah menarik kepada agama ini orang yang di kehendakiNya dan memberi petunjuk kepada agama-Nya orang yang suka kembali kepada-Nya.” (Surah A-Syuara’ : 13)

2. Karena Usaha Seseorang
Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadits Qudsi: 
“Allah berfirman: “Seorang yang memusuhi wali-Ku, maka Aku akan mengumumkan perang kepadanya. Tidak seorang pun dari hamba-Ku yang mendekat dirinya kepada-Ku dengan amal-amal fardhu ataupun amal-amal sunnah sehinggai Aku menyayanginya. Maka pendengarannya, pandangannya, tangannya dan kakinya Aku beri kekuatan. Jika ia memohon sesuatu atau memohon perlindungan, maka Aku akan berkenan mengabulkan permohonannya dan melindunginya. Belum Aku merasa berat untuk melaksanakan sesuatu yang Aku kehendaki seberat ketika Aku mematikan seorang mukmin yang takut mati, dan Aku takut mengecewakannya.” 
(Hadis riwayat Al-Bukhari)

Apakah Seorang Wali Mengetahui Bahwa Dirinya Seorang Wali?
Tentang hal ini, para ulama mempunyai dua pendapat. Di antara mereka, ada yang berpendapat bahawa seorang wali tidak mengetahui bahawa dirinya adalah seorang wali. Sebab, ada kemungkinan pengetahuannya tentang dirinya dapat menghilangkan rasa takutnya kepada Allah dan ia merasa senang.

Tetapi, ada pula yang berpendapat bahwa seorang wali tahu bahwa dirinya seorang wali. Syeikh Al Qusyairi berkata: 
“Menurut kami, tidak semua wali mengetahui bahawa dirinya seorang wali. Tetapi ada pula yang mengetahui bahwa ia adalah seorang wali. Jika seorang wali mengetahui bahwa dirinya seorang wali, maka pengetahuannya itu adalah sebahagian dari karamahnya yang sengaja diberikan kepadanya secara khusus.” 
(Risalah Al Qusyairiyah jilid II hal 662)

Wallahu alam.

0 komentar:

Posting Komentar