Kamis, 01 Oktober 2015

Siapakah yang berjuluk Wali Allah? (Bagian 1) - Perspektif

Insan yang digelar Wali-wali Allah senantiasa berjuang untuk mengembalikan nilai moral ke tahap yang tertinggi, sehingga nilai-nilai ini meresap kembali ke dalam jiwa manusia. Dan Allah Swt. telah menjelaskan bahwa Nabi Saw mempunyai Akhlak yang paling sempurna. Nabi Saw pun mengenalkan dirinya sebagai utusan yang akan menyempurnakan keperibadian moral dan akhlak.

Perjuangan Rasulullah Saw tidak berhenti sebatas masa hidupnya saja, namun segala ilmu-ilmu dan nilai-nilai akhlak Islamiyah telah diwarisi oleh wali-wali yang senantiasa meneruskan perjuangan Rasulullah Saw. Sebagaimana yang disifatkan oleh Allah Swt. dalam salah satu hadist qudsi yang berbunyi:

“Wali-wali-Ku berada di bawah kubah-kubah-Ku. Tidak ada yang mengetahuinya selain Aku”.

Maka wujudnya para wali-wali Allah tidak dapat dinafikan, dan mereka merupakan para kekasih Allah yang terdapat di seluruh pelosok bumi, di mana saja terdapat orang yang beriman.

Pengertian Wali dari segi bahasa, berarti:

1. Dekat. Jika seseorang sentiasa mendekatkan dirinya kepada Allah, dengan memperbanyakkan kebajikan, keikhlasan dan ibadah, dan Allah menjadi dekat kepadanya dengan limpahan rahmat dan pemberian-Nya, maka di saat itu orang itu menjadi wali.

2. Orang yang senantiasa dipelihara dan dijauhkan Allah dari perbuatan maksiat dan ia hanya diberi kesempatan untuk taat saja.

Adapun asal perkataan wali diambil dari perkataan al wala’ yang berarti: hampir dan juga bantuan. Maka yang dikatakan wali Allah itu orang yang menghampirkan dirinya kepada Allah dengan melaksanakan apa yang diwajibkan keatasnya, sedangkan hatinya pula selalu sibuk kepada Allah dan asyik untuk mengenal kebesaran Allah.

Kalaulah dia melihat, dilihatnya dalil-dalil kekuasaan Allah. Kalaulah dia mendengar, didengarnya ayat-ayat atau tanda-tanda Allah. Kalaulah dia berbicara, maka dia akan memanjatkan puji-pujian kepada Allah. Kalaulah dia bergerak maka pergerakannya untuk mentaati Allah. Dan kalau dia berijtihad, ijtihadnya pada perkara yang menghampirkan kepada Allah. Seterusnya dia tidak jemu mengingat Allah, dan tidak melihat menerusi mata hatinya selain kepada Allah. Maka inilah sifat Wali-wali Allah. Kalau seorang hamba demikian keadaannya, niscaya Allah menjadi pemeliharanya, menjadi penolong serta membantunya.

Siapakah yang digelar wali?

1. Ibnu Abas seperti yang tercatit dalam tafsir Al Khazin menyatakan: “Wali-wali Allah itu adalah orang yang mengingat Allah dalam melihat”.

2. Al Imam Tabari meriyawatkan dari Said bin Zubair berkata, bahwa Rasulullah Saw telah ditanya orang tentang Wali-wali Allah. Baginda Saw mengatakan “Mereka itu adalah orang yang apabila melihat, mereka melihat Allah”.

3. Abu Bakar Al Asam mengatakan “Wali-wali Allah itu adalah orang yang diberi hidayat oleh Allah dan mereka pula menjalankan kewajiban penghambaan terhadap Allah serta menjalankan dakwah menyeru manusia kepada Allah”.

Penggunaan Istilah Wali Dalam Al-Quran.

“Allah adalah wali bagi orang-orang yang beriman”. (Surah Al-Baqarah: 257)
“Dia menjadi wali bagi orang-orang shalih”. (Surah Al-‘Araf: 196)
“Engkau adalah wali kami, maka kurniakanlah kami kemenangan atas orang-orang kafir”. (Surah Al-Baqarah: 286)
“Yang demikian itu adalah karena Allah itu adalah wali bagi orang-orang yang beriman, sedangkan orang-orang kafir tidak ada wali bagi mereka”. (Surah Muhammad: 11)
“Sesungguhnya wali kamu adalah Allah dan Rasul-Nya”. (Surah Al-Maidah: 55)

Dari semua ayat itu dapat kita lihat bahwa Allah disebut wali, orang mukmin disebut wali, seorang yang dewasa yang diberi tugas melindungi dan memelihara anak kecil juga disebut wali. Demikian juga orang yang lemah yang tidak dapat mengurus harta-bendanya sendiri, lalu dipelihara oleh keluarga yang lain, maka keluarga tersebut itu juga dipanggil wali. Penguasa pemerintah yang diberi tanggung jawab pemerintahan disebut wali. Ayah atau mahram yang berkuasa yang menikahkan anak perempuannya juga disebut wali.

Karena itu dapatlah kita mengambail kesimpulan makna yang luas sekali dari kalimat wali ini. Terutama sekali artinya ialah hubungan yang amat dekat (karib), baik karena pertalian darah keturunan, atau karena persamaan pendirian, atau karena kedudukan, atau karena kekuasaan atau karena persahabatan yang karib.

Allah adalah wali dari seluruh hamba-Nya dan makhluk-Nya, karena Dia berkuasa lagi Maha Tinggi. Dan kuasa-Nya itu adalah langsung. Si makhluk tadi pun wajib berusaha agar dia pun menjadi wali pula dari Allah. Kalau Allah sudah nyata tegas dekat atau karib kepadanya dia pun hendaklah bertaqarrub, artinya mendekatkan pula dirinya kepada Allah. Berusaha memperkuatkan iman, memperteguh takwa, menegakkan ibadah kepada Allah menurut garis-garis yang ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Dari segi Penggunaan, Wali pada mafhumnya, berarti:

1. Seseorang yang senantiasa taat kepada Allah tanpa menodainya dengan perbuatan dosa sedikitpun.
2. Seseorang yang senantiasa mendapat perlindungan dan penjagaan, sehingga ia selalu dalam ketaatan kepada Allah tanpa melakukan dosa sedikitpun, meskipun ia dapat melakukannya.

Dalil-Dalil Wujudnya Wali Allah Dari Al-Quran Dan As-Sunnah

“Ingatlah, sesungguhnya Wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Mereka itu ialah orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Dan bagi mereka diberi berita gembira di dalam kehidupan dunia dan akhirat” (Surah Yunus: 62- 64)

Dalam ayat ini Allah Swt. menyatakan bahawa para Wali-wali Allah itu mendapat berita gembira, baik di dunia maupun di akhirat. Apakah yang dimaksudkan dengan berita gembira (Busyra) itu?

Pengertian Al-Busyra (Berita Gembira)

Yang dimaksudkan dengan berita gembira di kehidupan dunia adalah:
1. Mimpi yang baik. Seperti yang tersebut di dalam hadist: “Al busyraa adalah mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang mukmin atau yang diperlihatkan baginya”. (Hadis riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim, menurut Al Hakim Hadist ini Sahih). “Mimpi yang baik adalah seperempat puluh enam bahagian dari kenabian.”

2. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan berita yang gembira di dunia ialah turunnya malaikat untuk menyampaikan berita gembira kepada seseorang mukmin yang sedang sakaratul maut.

3. Ada pula yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan berita yang gembira di dunia ialah turunnya malaikat kepada seorang mukmin yang sedang sakaratul maut, yang memperlihatkan tempat yang akan disediakan baginya di dalam syurga, seperti yang disebutkan dalam Firman Allah Swt:

“Para malaikat turun kepada mereka sambil mengatakan: Janganlah kamu takut dan janganlah kamu susah dan bergembirakah kamu dengan syurga yang pernah dijanjikan kepada kamu”. (Surah Fushshilat: 62)

4. Juga ada yang mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan berita gembira di dunia ialah pujian dan kecintaan dari orang banyak kepada seorang yang suka beramal shaleh, seperti yang disebutkan dalam hadist berikut:

“Abu Dzar menuturkan bahawa ada seorang yang bertanya kepada Rasulullah: “Apakah pandanganmu jika ada seseorang yang suka beramal shaleh, sehingga ia dipuji oleh orang ramai?”, Sabda Beliau Saw: “Itu adalah berita gembira kepada seorang mukmin”.

5. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan berita yang gembira di dunia ialah karamah dan dikabulkannya segala permintaan seorang mukmin ketika ia masih di dunia, sehingga segala keperluannya dipenuhi oleh Allah dengan segera. Seorang ulama berkata: “Jika seorang mukmin rajin beribadah, maka hatinya bercahaya, dan pancaran cahayanya melimpah ke wajahnya, sehingga terlihat pada wajahnya tanda khusyu’ dan tunduk kepada Allah, sehingga ia dicintai dan dipuji oleh banyak orang, itulah tanda kecintaan Allah kepadanya, dan itulah berita gembira yang didahulukan baginya ketika ia di dunia”.

Dari keterangan-keterangan di atas dapat kita fahami bahwa kesemuanya berhubungan erat dan tak terlepas dari adanya Taufik dan Hidayah yang diberikan oleh Allah kepada seorang mukmin, sehingga ia berkesempatan untuk rajin beribadah dan gemar beramal shaleh.

Adapun yang dimaksud dengan berita gembira di akhirat ialah:
1. Syurga beserta segala macam kesenangannya yang bersifat abadi, seperti yang disebutkan dalam Firman Allah yang artinya:

“(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.” (Surah Al Hadiid: 12).

2. Ada pula yang mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan berita gembira di akhirat ialah sambutan baik dari para malaikat kepada kaum Muslimin di akhirat, yaitu ketika mereka diberi berita gembira dengan keberhasilan, diputihkannya wajah-wajah mereka dan diberikannya buku catatan amal-amal mereka dari sebelah kanan dan disampaikannya salam dari Allah kepada mereka dan beberapa berita gembira yang lain.

0 komentar:

Posting Komentar